Selasa, 02 Desember 2014

Pendidikan

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.
-Nelson Mandela-

Kutipan diatas diucapkan oleh Nelson Mandela, seorang pemimpin pembebasan dari politik Apartheid Afrika Selatan, sebuah kutipan yang akan sangat mewakili tulisanku kali ini. Pendidikan adalah senjata yang paling kuat yang bisa kita gunakan untuk mengubah dunia, kira-kira seperti itulah isi kutipan itu jika kita ingin membahasakannya ke dalam Bahasa Indonesia. Kutipan itu sangatlah tepat karena pendidikan adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Banyak dari kita yang meremehkan pentingnya pendidikan, khususnya masyarakat Indonesia. Padahal pendidikan adalah kunci terwujudnya masyarakat madani.
Pendidikan menjadi dasar bagi segala aspek kehidupan. Entah itu politik, kesehatan, agama, moral, dan lain-lain. Dalam bidang kesehatan misalnya, kita tahu bahwa sebagian besar penyebaran penyakit itu adalah akibat prilaku manusia. HIV/AIDS akibat penyalahgunaan narkoba dan hubungan seks beresiko, disentri adalah infeksi amoeba akut akibat sanitasi lingkungan yang buruk, diabetes akibat gaya hidup tidak sehat yang kita terapkan, dan banyak lagi penyakit yang berawal dari prilaku manusia. Dengan adanya pendidikan, kita bisa mencegah terjadinya penyebaran penyakit-penyakit tersebut. Pendidikan memiliki kekuatan untuk mengubah prilaku. Anak yang terdidik bahwa dengan memakai sendal saat berada di luar akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menghindari infestasi dari cacing tambang ketimbang anak yang tidak memiliki pengetahuan akan hal itu
Pendidikan menjadi dasar dalam pembentukan moral. Hal ini sangat penting sekali untuk kita perhatikan karena moral-lah yang akan menentukan nasib sebuah masyarakat. Pendidikan moral yang baik akan membantu manusia menemukan posisi-nya dalam struktur sosial masyarakat, mencegah terjadinya konflik, dan menimbulkan rasa damai antar sesama manusia. Moral adalah kunci untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Pendidikan yang diajarkan secara benar akan melahirkan pemimpin-pemimpin besar, bukan para koruptor.
Sayangnya, aku menganggap kita tidak memperlakukan pendidikan secara benar. Masalah utama pendidikan di Indonesia adalah tingginya angka putus sekolah, ini adalah masalah utama yang harus kita hadapi. Pendidikan memang tidak harus di sekolah, tapi sekolah itu penting untuk menjadi terjangkau bagi semua golongan. Kita harus membentuk sebuah masyarakat yang sadar untuk sekolah, sadar akan pentingnya pendidikan. Lalu yang kedua, saya merasa ada yang salah dengan sistem pendidikan dan pola pikir kita. Kita diajarkan bukan untuk mencintai ilmu, tapi untuk menganggapnya sebagai pekerjaan berat yang membosankan. Sistem pendidikan kita membentuk pekerja, bukan pemimpin. Ilmu itu sagatlah luas, Tuhan menciptakan ilmu sebagai senjata utama kita untuk menjadi khilafah di muka bumi. Dengan mempersenjatai diri kita dengan ilmu itu artinya kita siap untuk menaklukan dunia, siap untuk mengubah dunia. 

Rabu, 08 Oktober 2014

Spiritualisme

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Belakangan ini aku banyak menghabiskan waktu sendirian. Memikirkan berbagai hal, mulai dari rumput yang kuinjak sampai langit yang memayungi kita. Banyak pertanyaan berputar-putar di kepalaku dan seringkali membuatku pusing sendiri. Sebagian mungkin pertanyaan yang penting, sebagaian lagi pertanyaan yang mungkin maknanya hanya aku yang mengerti. Sulit sebenarnya menjadi orang yang banyak bertanya sepertiku, aku sendiri sering marasa tersiksa dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh kepalaku. Kepalaku itu bertanya dan aku tak bisa menghentikannya, apalagi menjawabnya. Pertanyaanku sering sekali menyerempet ke permasalahan yang seharusnya tidak boleh, bagi sebagian masyarakat kita, untuk dipertanyakan. Pertanyaan itu tabu untuk dipertanyakan.


Segala pertanyaan itu akhirnya akan berujung pada penyakit yang sering sekali menyerangku, galau. Belakangan ini aku diserang oleh keraguan-keraguan itu lagi, sebuah pertanyaan tentang identitas spiritual-ku. Aku seorang muslim secara ritual dan tradisi, tapi imanku adalah iman seorang rasionalis. Aku merasa Tuhan sangat jauh dariku, aku melakukan semua ibadah yang dianjurkan, tapi aku tidak pernah berhenti untuk bertanya, Apakah Tuhan mendengar? Kapankah hidayah itu datang? Apakah Tuhan itu benar-benar di sana dan memperhatikanku? Kenapa ada ketidakadilan di dunia ini? Kenapa harus ada neraka untuk menghukum? Kenapa hanya orang Islam yang bisa masuk surga, bukankah Tuhan itu Al Adl, Ar Rahman, dan Ar Rahim? Apa yang salah tentang konsepku mengenai Allah dan Islam?


Aku sangat tidak menyukai fanatisme beragama dan orang-orang yang menganggap dirinya lebih benar ketimbang orang lain yang beragama berbeda. Apakah fanatisme itu benar? Apakah sebagai seorang muslim aku memang harus bersikap seperti itu? Yaa Allah, hamba benar-benar bingung, berilah hamba petunjukmu dan pelajaran darimu....
Aku hanya seorang bocah di pantai yang sangat luas, mengagumi sekiping kerang dengan mata yang berbinar-binar, sementara lautan kebenaran yang begitu luas membentang dibelakangku. Aku adalah Ibrahim yang sedang mencari-Mu.
Aku harus keluar dari krisis spiritual ini, krisis jati diri yang entah kapan akan berakhir. Aku ingin belajar agama, tapi aku tidak tahu harus berguru pada siapa karena aku juga takut jika ia membawaku pada gerbang kesesatan. Aku akan mulai mencari identitas spiritualku dari studi literatur, dari bergam buku, sampai sekarang aku percaya bahwa dengan banyak membaca itu akan membangun pemahaman yang mendalam terhadap suatu konsep yang ingin aku ketahui. 
Bismillah...





Selasa, 23 September 2014

Idealisme

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sudah lama sepertinya ya aku tidak mengunjungi blog ini. Bukan karena apa-apa sih, tapi memang kesempatanku untuk menulis belakangan ini agak terbatas. Kalaupun aku ada waktu untuk menulis, paling-paling aku hanya bisa menulis puisi, ya kesibukan kuliah FK (cie cie) memang cukup menyita waktuku.
Kali ini aku ingin sedikit curhat tentang apa yang aku alami selama dua bulan pertama berada di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pertama sekali, kuliahnya sangatlah menyenangkan. Bayangkan sekarang aku sedang mendapat mata kuliah biokimia yang notabene mempelajari biomolekuler, sebuah mata pelajaran yang selama ini aku cari-cari. Aku rela tidak tidur, hanya untuk mengulak-ulik ebook Harper's Biochemistry. Kedua, pertemanan yang aku bangun juga sangat apik. Selain anak-anaknya yang seru-seru, mereka juga rata-rata se-passion denganku, aku selalu punya teman untuk begadang. Yeay! Hahahaha :D
Aku juga menghadapi berbagai mata kuliah yang sangat menyenangkan, ada yang namanya Skill's Lab dimana aku bertindak seolah-olah menjadi seorang dokter dan bertindak untuk menangani pasien. Aku sudah bisa melakukan anamnesis, general survey, dan yang paling seru adalah aku sudah bisa menggunakan Sphygmomanometer. Ayo apa itu Sphygmomanometer? Iya itu adalah alat tensi, aku bisa mendengar suara desir aliran darah (sistol/diastol) ketika sedang ditensi dengan menggunakan stetoskop. Sebuah ilmu yang tentunya akan sangat berguna bagiku dan orang lain di masa depan.
Namun, di sisi lain aku merasakan adanya perubahan terhadap diriku. Selama ini aku telah lama bertarung untuk bisa duduk menjadi salah satu mahasiswa kedokteran dan aku pikir beristirahat beberapa waktu setelah mendapatkannya tidaklah salah. Aku berada di zona yang sangat nyaman sekarang dan aku harus keluar. Aku bukanlah orang yang terbiasa hidup pada zona nyaman, aku adalah seorang pemimpi sekaligus petualang, zona nyaman ini adalah kematian buatku.
Pergaulanku juga sepertinya bukanlah pergaulan yang sopan. Aku sering berlebihan dalam bercanda menurutku belakangan ini. Sering sekali mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak aku ucapkan, padahal aku sadar itu tidaklah baik. Aku harus mengubah hal itu :"( tapi aku merasa sangat kesulitan untuk melakukannya.
Aku menyadari bahwa sebagian besar temanku ingin menjadi dokter bukanlah karena ilmu-nya, tapi karena materi. Aku takut hal itu membuatku mengubah cita-cita besarku, aku sudah pergi sejauh ini dan aku tidak ingin berubah. Aku harus tetap menjadi orang yang idealis, sepahit apapun keadaan yang menimpaku. Untuk menjadi seperti Ibnu Sina, Feynman, Jonas Salk, dan mereka semuanya memang tidaklah mudah, tapi aku berusaha.
Yang paling parah adalah aku merasa sangat jauh dari Tuhan. Padahal aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan berusaha menemukannya. Menemukan Tuhan adalah bagian dari penemuan jati diri yang sangat penting bagi perkembangan spiritualku.
Satu pertarungan telah aku lalui, kini aku harus menghadapi pertarungan lainnya, tidak dengan orang lain, tapi dengan diriku sendiri. Semoga Tuhan selalu bersamaku :)

Rabu, 06 Agustus 2014

Apa itu Seleksi Alam?

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Hmmm...kalau seandainya kita berbicara tentang evolusi, maka kita tidak akan pernah bisa memisahkannya dengan seleksi alam. Apa itu Seleksi Alam? Biarkan aku bercerita sedikit tentang seleksi alam.
Well, penjelasan mengenai seleksi alam-lah yang menghantarkan sukses bagi Darwin dalam teori evolusi-nya. Di tulisan sebelumnya yang berjudul Charles Darwin: Sebuah Revolusi Ilmiah aku sudah bercerita bahwa sebelum Darwin sudah banyak ilmuan yang mengajukan teori Evolusi, namun penjelasan mereka belum bisa diterima secara universal di kalangan ilmuan. Baru Darwin-lah yang sukses membuat evolusi, sebagai hal yang menjelaskan terbentuknya spesies, diterima sebagai sebuah fakta ilmiah.
Kita mulai dengan hal yang sangat dasar mengenai evolusi sebelum kita menjelaskan seleksi alam.  Pertama, tidak ada dua individu yang sama di dunia ini. Itu adalah ungkapan umum yang menunjukkan variasi genetik. Tidak ada individu yang sama secara persis baik secara fenotipe (penampakan luar) maupun genotipe (gen). Kembar saja pasti memiliki perbedaan, iya kan? Nah, perbedaan ini akan menimbulkan kemampuan yang berbeda pula dalam bertahan hidup.


Kunci kedua dalam memahami seleksi alam adalah apa yang kita sebut dengan mutasi. Mutasi adalah perubahan materi genetik pada mahluk hidup. Mutasi bisa tampak, bisa tidak tampak. Mutasi tampak yang berdampak langsung pada perubahan fenotipe merupakan sasaran langsung dari seleksi alam. Mutasi bisa bersifat menguntungkan atau malah merugikan bergantung pada apa yang paling berkesesuaian dengan alam saat itu.


Aku akan memeparkan sebuah contoh tentang akibat yang bisa ditimbulkan oleh mutasi dan kaitannya dengan seleksi alam. Kau tahu penyakit sickle cell-kan? Atau yang lebih kita kenal dengan anemia sel sabit. Sel sabit ini pada mulanya berkembang di daerah Afrika. Mutasi sel sabit awalnya dimaksudkan untuk melawan infeksi malaria, orang-orang dengan gen sickle cell heterozigotik menjadi resisten terhadap malaria. Sementara itu orang-orang dengan gen sickle cell homozigotik malah terkena anemia parah karena sel eritrositnya cacat. Migrasi populasi manusia membawa gen ini keluar Afrika, menuju ke daerah-daerah yang bebas malaria, Amerika Serikat contohnya. 



Sekarang kita kembali ke topik utama yang akan kita bahas dalam posting ini. Apa itu seleksi alam? Seleksi alam merupakan fenomena dimana alam melakukan penyisihan/seleksi terhadap organisme-organisme yang paling sesuai untuk hidup. Organisme yang paling cocok untuk hidup, ingat bukan yang paling kuat, maka dia yang akan bertahan. Evolusi akibat seleksi alam merupakan campuran antara kebetulan dan pemilahan, kebetulan dalam pemunculan variasi genetik baru (awalnya karena mutasi) dan pemilahan ketika seleksi alam lebih menguntungkan beberapa gen daripada gen-gen yang lain. Menurut Herbert Spencer, seleksi alam tak lain hanyalah "Kelsetarian bagi yang paling sesuai (survival of the fittest).". Fenotipe organisme merupakan hal yang diseleksi dalam seleksi alam. Proses seleksi punya tujuan yang cukup jelas, pencarian fenotipe "terbaik" atau "paling sesuai". Agar dapat lestari, suatu individu harus berhasil mengatasi segala kondisi kehidupan.
Contoh yang paling nyata adalah masalah penggunaan pestisida. Pestisida diciptakan untuk membunuh hama tanaman (ya iyalah masa ya iya iya dong). Nah, pada awalnya pestisida itu sangat ampuh untuk membunuh hampir sebagian populasi hama, mungkin angka kematian hama mencapai 90%. Namun terjadi seleksi di kemudian hari, dimana hama yang bertahan mulai mengembangkan kemampuan untuk meretensi/melawan pestisida. Hama yang nonresisten terhadap pestisida akan punah, sementara hama yang resisten akan bertahan dan kemudian berkembang biak. Hal ini tentunya akan semakin menyulitkan karena pada ujung-ujungnya hama itu akan kebal terhadap pestisida. (Ini juga terjadi loh antara antibiotik dan bakteri, hati-hati dalam pemakaian antibiotik makanya!)


Puncak dari seleksi alam adalah pemebentukan spesies baru atau istilah biologisnya spesiasi. Pada titik ini bisa dikatakan bahwa telah terjadi evolusi terhadap sebuah organisme.






Minggu, 03 Agustus 2014

Bagaimana Caraku Memandang Dunia?

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Setalah kemarin aku membahas filosofiku terhadap cinta, pada postingan kali ini aku akan kembali membahas filosofi, akan tetapi bukan terhadap cinta, kali ini aku ingin membahas pandanganku terhadap dunia ini, terhadap kehidupan.
Aku adalah seorang pemberontak mungkin, beberapa orang menganggap aku hidup tanpa aturan, seorang anarki, tapi mereka sebenarnya salah. Aku orang yang cukup konservatif terutama menyangkut prinsip-prinsip hidup. Aku adalah orang yang sangat keras kepala. Semua tentu ada batasnya, kekeraskepalaanku hanya menyangkut pada prinsip hidup, kalau menyangkut hubunganku dengan orang lain, aku cenderung untuk jauh lebih toleran dan jarang bersikap dominan.
Aku sangat tidak menyukai siklus kehidupan kebanyakan orang, entahlah aku sebenarnya juga tak paham. Kau tahu? Kita hidup di dunia ini, dibesarkan, kemudian kuliah, kemudian bekerja dan mengumpulkan sebanyak mungkin uang untuk menjadi kaya, lalu menikah, punya anak, tua rajin beribadah, baru kemudian bersiap menghadap kematian (walau pada kenyataannya kematian dapat datang kapanpun). Yang aku tanyakan kemudian, apakah hidup itu emang harus selalu seperti itu? Aku merasakan keterbatasan di dalam pemikiran seperti itu, mungkin bagi kebanyakan orang hidup seperti itu menyenangakan, tapi tidak bagiku. Hidup bisa jauh lebih luas dari itu, hidup tidak hanya soal uang dan wanita. Bagiku hidup adalah pencarian jawaban atas semua pertanyaan kita, tentang semua keingintahuan kita, walau mungkin tidak semua akan terjawab. Bagiku hidup adalah sekolah pencarian jati diri kita, pencarian dimanakah kita berada di jagat raya yang begitu luas ini.

"Aku tak mengerti apa-apa tentang hidup, tapi aku berniat untuk mencari tahu..."

Aku bekerja begitu keras untuk impianku dan In Shaa Allah mulai menunjukkan hasilnya. Apa pentingnya sebuah impian? Aku tahu impianku sangat besar dan bagi kebanyakan orang hampir mustahil impian itu bisa tercapai. Aku tidak mempersalahkan hal itu, yang terpenting bukan impiannya, tapi proses untuk mencapainya dan kemudian apa yang akan aku lakukan setelah impian itu tercapai, apa efeknya bagi kebanyakan orang seandainya itu tercapai. Sebagaimana telah aku katakan bahwa aku memandang hidup ini bagai sekolah, aku memandang impian sebagai alat bagiku untuk belajar.

"Impian bagiku adalah cermin terbaik untuk melihat siapa diri kita dan cinta adalah bayangan yang terpantul dari cermin itu." 

Banyak orang yang menganggapku sangat aneh dan bodoh, bahkan beberapa menganggapku cukup gila. Aku tidak mempermasalahkan hal itu, itu hak mereka untuk menilai. Ini semua karena cara pandangku terhadap hidup dan kenggananku untuk mengikuti keinginan dan tuntutan kebanyakan orang. Aku adalah orang yang mengikuti kata hatiku, bukan kata orang lain. Aku pernah mengikuti kata orang lain, kemudian berakhir dengan penyesalan dan depresi dan itu sudah cukup bagiku sebagai sebuah pelajaran.

"Selalu dengar apa kata hatimu, berbicaralah dengannya, luangkan waktumu untuk berbicara dengan dirimu yang sebenarnya karena hanya dia dan Allah-lah yang tahu siapa engkau..."

Lalu jika harus berjalan selangkah lebih jauh lagi, aku selalu ingat bahwa tugasku di bumi ini adalah sebagai Khilafah, tugasku adalah untuk melayani. Aku selalu ingat bahwa pada akhirnya yang penting bukanlah diri kita sendiri, tapi bagaimana caranya kita dapat membantu orang lain menjadi lebih baik dari hari ke hari, bagaimana caranya kita menjadikan dunia tempat kita hidup ini menjadi sebuah tempat yang layak untuk berbagi dan berbahagia.

"Melayani sesama adalah tujuan yang sungguh mulia, hadiah terbesar yang kita berikan untuk diri kita dan orang lain..."

Aku tidak ingin tersandera oleh budaya manusia, itu adalah pelajaran terpenting yang aku dapatkan selama dua tahun yang belakangan ini. Pada kenyataannya terkadang aku tidak menyukainya, aku adalah orang yang sederhana dan menyukai kesederhanaan. Kau tahu apa yang aku bicarakan kan? Aku tidak menyukai bagaimana kita bersikap hanya untuk dipandang tinggi oleh orang lain dengan cara-cara yang tidak noble. Haruskah aku tahu dimanakah kau berada melalu Path? Apa yang kau makan melalui Instagram? Itu semua terasa sangat tidak penting dan sering aku tertawakan. Tidak berarti semua hal itu salah karena bisa jadi itu menurutmu benar, tapi bagiku itu penuh kesia-siaan. Apa yang terbaik adalah bagaimana kita bisa tetap tampil bersahaja, namun orang lain mengagumi sosok kita. Kekuatan tidak muncul dari otot, dari apa yang kita tunjukkan, kekuatan berasal dari apa yang ada di dalam kepala, dari apa yang kita sembunyikan. Bukankah Allah juga telah mengingatkan kita untuk menjauhi sikap riya?

"It's not who I'm underneath, but what I do that defines me." ~The Batman


Roda kehidupan akan berputar dan kitab suci telah memerintahkan kita untuk mengingat lima hal sebelum lima hal lain datang menyusulnya (Baca Al Ashr). Cobaan itu datang bukan sebagai hukuman atas kita, tapi datang sebagai sarana bagi kita untuk belajar, untuk berkaca diri dan memperbaiki kesalahan. 

"Tetap tegar dan bersabar ketika gagal dan rendah hati dikala menang."

Veritas Vos Liberabit, The Truth Shall Set You Free









Sabtu, 02 Agustus 2014

Filosofi Cinta, Pemahamanku & Apa Yang Aku Pelajari Tentang Cinta

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Mungkin ini postingan tergalau yang aku tulis di blog ini. Intinya sih bukannya aku ingin bergalau ria, hmm tapi lebih kepada sharing pemikiranku terhadap cinta yang mungkin salah, bisa jadi ada benarnya. Well, singkatnya aku tidak bisa tidur malam ini. Di sinilah aku, memandang layar laptop, di pagi yang terlalu buta dengan segelas kopi bejawa di sampingku.
Aku ingin mulai dari apa yang pertama kali aku rasakan ketika jatuh cinta. Kau tahu? Ketika aku jatuh cinta, ya aku pernah beberapa kali, aku selalu berpikir apakah orang ini yang aku cari, apakah orang ini yang bisa mengasuh anak-anakku kelak (anjirrr), apakah orang ini bisa bersabar dengan segala kegilaanku. Kata orang-orang bijak, cinta adalah penyatuan dua jiwa (pernyataan ini sangat filsafat sekali, fakta biologis pasti menyangkalnya), ya jiwa, bukan raga.
Teman-temanku, walau tidak semua, mereka berganti-ganti pacar dalam frekuensi yang cukup sering. Aku sama sekali tidak menyukai hal itu, dalam hatiku kenapa harus melakukan hal-hal bodoh semacam itu jika ujung-ujungnya hanya untuk berpisah? Namun pada kenyataannya aku juga berganti-ganti kisah cinta, tidak jauh berbeda dari yang mereka lakukan, hanya mungkin aku dalam bentuk yang jauh lebih sopan. Terkadang aku sering bertanya-tanya dalam diriku, kenapa takdir mempertemukan kita dengan orang-orang tertentu, kau tahu? talking,  joking, laughing, sharing, caring, and finally loving, tapi pada akhirnya kita berpisah dan kembali ke titik nol dimana kita menjadi The Perfect Stranger (tidak jauh berbeda seperti lagu Gotye, Somebody That I Used To Know).
Para psikolog bilang, di usia muda kita memang harus banyak jatuh cinta. Dicintai dan mencintai adalah sebuah siklus dalam perjalanan kita untuk menemukan jati diri kita yang sebenarnya. Sama sekali normal bagi kita untuk meneguk manisnya cinta, dan terkadang merasakan pahitnya. Cinta adalah bagian dari proses pendewasaan diri untuk kita (pertanyaannya sekarang kapan kita akan dewasa -___-).
Antara cinta dan impian sering sekali aku rasa berbenturan. Apakah memang selalu seperti itu atau harus seperti itu? Aku sama sekali tak tahu jawabannya, mungkin aku tidak mendapatkan jawabannya karena aku terlalu takut untuk jujur. Harusnya mungkin aku mengatakan yang sebenarnya, tentang semua impianku. But the past is the past and always be the past, I have to keep moving on. Mungkin Allah ingin aku belajar, siapa yang tahu rencana-Nya?
Aku belajar bahwa kita tidak bisa percaya begitu saja pada syair, pada teori-teori cinta, Love is learning by doing.
Guru besar ITB dulu pernah bilang, "Ketika kita kehilangan sesuatu, Tuhan akan menggantikannya dengan yang lebih baik, percayalah..." Aku suka tersenyum-senyum sendiri jika mengingat dia mengatakan hal itu di depan seluruh mahasiswa baru ITB. Kau tahu, seorang guru besar menceritakan masalah cinta masa lalu-nya, hal yang sangat jarang bukan?
Terakhir yang mungkin aku bisa katakan, mungkin ini akan membuatku tampak sebagai pecundang cinta, tapi aku rasa kekuatan terbesar pada cinta tidak terletak pada memiliki, tapi kepada membiarkan pergi, bentuk tertinggi cinta adalah ikhlas. Aku memang orang yang berengsek dengan segala yang telah aku lakukan, but I'm learning to be a better person day by day. Setelah semua kenangan indah, ada waktunya bagi kita untuk melepaskan dan mengucapkan perpisahan, membiarkan takdir Tuhan yang menentukan nasib cinta kita.



Ilmu Pengetahuan atau Agana

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

*Diambil dari Catatan Facebook tanggal 19 Desember 2013

Judul yang sangat menarik bukan? "Ilmu Pengetahuan atau Agama?"  mungkin merupakan sebuah pertanyaan yang paling populer diantara para ilmuan abad 21 ini. Kebanyakan dari mereka yang notabene mempelajari alam, malah terkadang menyangkal keberadaan Tuhan, sebagian besar mereka menganggap bahwa Tuhan tak lain hanyalah mitologi belaka. Pertanyaan ini pertama kali dilontarkan oleh Baruch de Spinoza, seorang filsuf yang cukup berpengaruh diantara para ilmuan, termasuk Einstein. Saat ini aku dalam proses untuk memahami filsafat Tuhan-nya Spinoza. 
Kembali lagi aku mempermasalah ungkapan pengetahuan atau agama. Pertanyaan ini seringkali dari dulu mengganggu otakku. Kau tahu ada guncangan yang cukup jelas ketika aku begitu mengagumi Evolusi, tapi juga begitu mengagungkan penciptaan. Dulu, ketika SMA, aku membaca buku-buku yang membuktikan kebenaran Qur’an dalam pengetahuan, hanya untuk meyakinkanku pada agama ini. Sebuah proses yang panjang untuk tiba di titik penyadaran ini. 
Kita memang tidak pernah bisa menyatukan ilmu pengetahuan dan agama. Karena keduanya memiliki tujuan dan orientasi yang bebeda. Ilmu pengetahuan diciptakan bagi kita untuk memahami segala macam kreasi Tuhan, seluruh alam raya ini, namun untuk menentukan posisi kita di hadapan Tuhan, kepada agama kita berpaling. Ilmu pengetahuan adalah salah satu tools yang diciptakan untuk mempermudah kita beribadah pada-Nya, bukan untuk mengetahu apa dan seperti apa keberadaan-Nya. Cukup sia-sia barangkali ketika kita menggunakan ilmu pengetahuan untuk mendefinisikan Tuhan. Analogi jika ilmu pengetahuan itu adalah sebuah tubuh, maka agama adalah jiwanya. Keduanya bekerja secara berbeda.
Kemudian aku pernah membaca sebuah kutipan Newton, “Aku menganggap diriku seperti anak kecil yang menemukan dan terkagum-kagum pada sebuah kerang kecil di tepi pantai, sementara laut kebenaran membentang luas di belakangku.” Baru sekarang aku sadar bahwa maksud pernyataan Newton diatas adalah begitu rendahnya tingkat pengetahuan kita dibandingkan dengan fakta yang ada di alam raya ini. Perbandingannya bagai segelas air dengan samudera yang mengisi bumi. Berkembangnya IPTEK telah menunjukkan pada kita bahwa masih banyak misteri yang harus diungkap, masih banyak ilmu yang belum kita tahu. Oleh sebab itu, sangatlah sia-sia jika kita berusaha menjelaskan kata-kata Tuhan pada Kitab Suci dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Jangan pernah berani memfalsifikasikan keberadaan Tuhan, sementara sebenarnya ilmu-mu masih belum apa-apa dibandingkan ilmu Tuhan. 
Semangatlah untuk menimba ilmu, mengungkap misteri, bersahaja di depan Tuhan.

Charles Darwin: Sebuah Revolusi Ilmiah

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Aku ingin bercerita tentang salah satu ilmuan yang cukup aku kagumi, well sejatinya aku tidak akan menceritakan keseluruhan kisah hidupnya, hanya beberapa keping kisah dari kehidupannya yang akan aku ceritakan. Semua orang, terutama yang bekerja pada bidang-bidang yang berhubungan dengan biologi, pasti mengenal sosok yang sangat ikonik ini, ya benar, dia adalah Charles Robert Darwin.


Charles Robert Darwin atau yang lebih enaknya kita sebut saja Darwin, dilahirkan 12 Februari 1809 di Shrewsbury, Inggris. Keluarga besarnya adalah keluarga dokter yang cukup terkenal dan terhormat di Inggris. Suatu keuntungan dimana Darwin dapat dengan mudah mengakses pengetahuan dari keluarganya yang sebagian besar dokter-ilmuan. Darwin sendiri terkenal di dunia sebagai pencetus teori evolusi, tapi evolusi sudah menjadi bahasan yang cukup dikenal di kalangan ilmuan sebelum masa Darwin. Kakek Darwin sendiri, Erasmus, adalah salah seorang Evolusionis, kemudian kita mengenal sosok seperti Lamarck, bahkan jika kita tarik jauh kebelakang, konsep dasar evolusi sendiri telah dikenal pada masa keemasan peradaban Islam melalu Al-Jahiz (penulis Book Of Animals) dan Ibn Kahldun (penulis Muqadimah).
Sebagai seorang anak kecil, Darwin sangat senang bermain di alam. Kau tahu? Dia senang sekali mengumpulkan serangga. Darah naturalis memang telah mengalir begitu deras di dalam tubuhnya semenjak ia kecil. Darwin kecil mendapatkan passion pada zoologi.


Memasuki masa-masa ketika ia harus kuliah, Darwin dipaksa untuk masuk ke sekolah kedokteran oleh ayahnya. Saat itu ayahnya berikir bahwa masa depan terbaik bagi seseorang yang menyukai hanya ada di dunia kedokteran. Alhasil, Darwin kemudian masuk ke Sekolah Kedokteran Universitas Edinburgh pada tahun 1825. Sekolah Kedokteran Universitas Edinburgh saat itu merupakan sekolah kedokteran terbaik yang ada di Inggris.
Sayangnya, Darwin mendapati bahwa kuliah kedokteran sangat membosankan, ditambah lagi pada kebenciannya terhadap kegiatan bedah mayat yang dia anggap tidak berprikemanusiaan. Ketimbang kuliah kedokteran, Darwin malah lebih sering menghabiskan waktunya di museum Universitas Edinburgh dimana terdapat banyak sekali koleksi tumbuhan dan hewan.
Kuliah kedokterannya-pun mandek sampai pada akhirnya Darwin memutuskan untuk berhenti kuliah kedokteran dan pindah ke Universitas Cambrdige untuk belajar teologi. Teologi itu ilmu yang mempelajari agama dan ketuhanan, lulusan teologilah yang kelak akan banyak menjadi pendeta dan uskup di gereja-gerja anglikan Inggris. Pada saat itu, hanya di jurusan teologi-lah orang dapat belajar biologi, terutama sekali botani.

"Pada akhirnya Darwin memutuskan untuk mengikuti 'passion'-nya di biologi..."

Di perkuliahan yang baru-pun Darwin lebih senang berada di luar kelas. Dia aktif mengikuti kegiatan berburu dan mengamati burung, yang tentunya membuat kesal ayahnya. Dibawah bimbingan Pendeta John Henslow, Darwin mulai membahas topik-topik sensitif seperti bagaimana sebenarnya hubungan antara Tuhan dengan alam raya ini, Tuhan dengan penciptaan mahluk hidup.
Setelah lulus, Pendeta John Henslow menawarkan sebuah pelayaran yang kelak nilainya akan sangat berharga bagi dunia pengetahuan kepada Darwin. Pelayaran menglilingi dunia selama dua tahun, pelayaran yang akan mengubah wajah biologi selamanya. Inilah pelayaran Darwin yang sangat legendaris, The Voyage Of HMS Beagle.


Selama pelayaran ini, Darwin banyak sekali membaca buku, terutama buku-buku bertemakan geologi. Dia membaca buku karangan Charles Lyell, yang menjelaskan bahwa sebenarnya daratan/benua itu bergerak (Untuk lebih jelasnya baca saja buku yang bertema geologi masa lalu, sesuatu yang berhubungan dengan Pangea). Darwin juga sangat dipengaruhi oleh pemikiran Thomas Maltus yang menyatakan bahwa:

"Pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, dst), sementara pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dst)."

Apa artinya itu? Artinya jika populasi mahluk hidup terus berkembang seperti itu, kelak akan ada saatnya dimana ketersediaan pangan tidak akan mencukupi jumlah mahluk hidup, akan terjadi sebuah kompetisi, akan terjadi sebuah seleksi.
Hal terbaik dari perjalanan ini adalah ketika kapal ini harus lepas jangkar di pelabuhan-pelabuahan Amerika Selatan. Darwin banyak menghabiskan waktu untuk mengamati spesies-spesies yang ada di Amerika Selatan, spesies yang sama sekali berbeda dari yang biasa ia temui di Eropa. Belum lagi dia banyak menemukan fosil mahluk hidup dari masa lalu yang memiliki kemiripan dengan mahluk hidup yang ada di masa sekarang.


Itu belum menjadi puncak acaranya, puncaknya adalah ketika ia sampai di sebuah kepulauan bernama Galapagos!


Biarkan aku bercerita sedikit tentang Galapagos dan hal yang spesial tentangnya. Galapagos adalah sebuah kepualaun yang terletak di barat Amerika Selatan. Dahulu kala, seluruh benua dan daratan di dunia ini terhubung dalam suatu benua raksasa yang disebut Pangea. Pergerakan lempeng menyebabkan Pangea terpecah menjadi benua-benua yang lebih kecil, yang sekarang kita sebut dengan Asia, Eropa, Amerika, dan sebagainya. Galapagos merupakan kepulauan vulkanik, artinya dia terbentuk dari aktivitas gunung api bawah laut, mirip dengan kepulauan Krakatau di Selat Sunda. Apa artinya itu? Artinya bahwa Galapagos bukanlah bagian dari Pangea, dia adalah sebuah kepulauan yang berumur jauh lebih muda. Mudahnya bayangkan saja ada sebuah daratan yang tiba-tiba muncul dari bawah laut, mesikupun tidak tiba-tiba juga sih hahahahaha :D
Untuk sebuah daratan yang baru muncul, pasti awalnya daratan itu kosong, lalu darimana asalnya mahluk hidup? Asalnya dari migrasi mahluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mencapai kepulauan itu. Terjadilah klimaks, dimana akhirnya kepulauan ini penuh dengan berbagai spesies yang endemik.
Hal yang menakjubkan adalah Finch, burung Finch. Nenek moyang burung Finch berasal dari Amerika Selatan yang kemudian bemrigrasi ke Kepulauan Galapagos. Anehnya, burung Finch yang ada di Galapagos memiliki morfologi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan jenis habitat dan makanannya.


Charles Darwin kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting yang akan membentuk wajah biologi masa kini:

"Darimana mahluk hidup baru berasal? Darimana mahluk hidup berasal?"

Darwin mendapat ilham bahwa telah terjadi sesuatu dengan mahluk hidup selama ini. Mereka beradaptasi, mereka mengalmi sesuatu yang kita sebut sebagai Seleksi Alam (In Shaa Allah akan aku jelaskan pada postingan lebih lanjut).
Setelah kembali ke Inggris, Darwin kemudian menulis sebuah buku yang meringkas pemikirannya mengenai asal muasal spesies. Dia menulisnya dengan hati-hati, karena dia begitu paham bahwa ini menyangkut masalah sensitif yang bisa mengganggu banyak orang, iya ini menyangkut masalah keprcayaan masyarakat.

"Saat itu sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa semua mahluk hidup diciptakan oleh Tuhan secara spontan dan satu per satu, sementara menurut Darwin, mahluk hidup tercipta melalui sebuah mekanisme khusus bernama Evolusi ditambah lagi dengan pernyataan bahwa mahluk hidup yang ada sekarang berasal dari mahluk hidup yang ada di masa lampau."

Charles Darwin menunggu sekian lama sebelum akhirnya ia dapat mempublikasikan buku pengetahuan yang paling revolusioner dalam sejarah penetahuan setelah De Revolutionibus Orbium Coelestium-nya Copernicus, buku itu kita kenal dengan nama On The Origin Of Species, sebuah buku yang akhirnya mengubah wajah pengetahuan selamanya, sebuah buku yang menjelaskan mengapa ada begitu banyak mahluk hidup di dunia ini, sebuah buku yang menjelaskan asal-mula terbentunya mahluk hidup, sebuah buku yang menjelaskan kenapa virus flu mampu terus menginfeksi manusia tanpa memperdulikan antibodi yang telah diciptakan untuk melawan mereka, sebuah buku yang menjelaskan mengapa aku dan kamu (ciat ciat ciat :p ) bisa ada di dunia ini. Well, It's all about science...

"Bukan yang paling kuat atau yang terbaik yang bisa bertahan, tapi yang paling cepat merespon pada perubahan..."


-Charles Robert Darwin-

Kamis, 31 Juli 2014

Penasaran

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Malam ini aku hanya ditemani oleh lagu John Mayer, In Your Atmosphere, yang sengaja aku putar berulang-ulang untuk menghilangkan dahaga rinduku (tttsssaaah...:p) padamu. Iya kalau boleh jujur aku sedikit galau, aku cukup bertanya-tanya dimana dan bagaimana keadaanmu sekarang. Lirik terakhir lagu John Mayer itu cukup mewakilinya,

"...wherever I go, whatever I do
I wonder where I'm in my relationship to you
Wherever you go, wherever you are
I watch that pretty life play out in pictures from afar..."

Tapi intinya nih, apa yang ingin aku ceritakan pada posting kali ini bukan masalah galau-galauan. Daripada galau memang jauh lebih mending untuk menulis dan pastinya menulis hal-hal yang tidak berhubungan dengan rasa galau. Menulis itu seperti obat penawar racun yang bekerja pada Amygdala otak, mengusir segala macam pikiran negatif. Kalau seandainya pembaca lagi galau, segerakan untuk mengalihkan galau itu pada aktivitas yang menjadi hobi pembaca. Misal saja jika hobi bola, ya pergi nonton bola atau main futsal, jika hobi musik, ya main musik, nyanyi sekeras mungkin, mutar lagi. Terkecuali jika memang hobinya galau, ya itu urusan yang sama sekali berbeda. Hahahaha :D

Aku tidak sabar sekali rasanya menunggu kuliah kedokteran. Aku benar-benar penasaran, apa sih yang seberanrnya yang dipelajari di kedokteran? Aku melihat para mahasiswa kedokteran dengan begitu asyiknya mengikuti perkuliahan, bermain dengan stetoskop, mempelajari kehidupan langsung dari 'kamus'-nya. Aku ingin seantusias mereka, jika kamu berkesempatan untuk lihat history surfing-ku, 80% isinya berhubungan dengan dunia kedokteran. Mulai dari  sekolah kedokteran, FK Unpad, bedah jantung, lobotomi, Harvard Medical School, dan lain-lain. Belum lagi saat melihat list buku yang harus aku baca selama aku sekolah kedokteran, ya ampun itu keren sekali! Aku benar-benar tidak tahan lagi untuk segera terjun ke dunia kedokteran! Tapi tetap sabar, semuanya ada waktunya dan memang akan datang sesuai waktunya, iya kan?

"Bukan kekuatan yang memenangkan sebuah pertandingan, tapi kesabaran..."

Aku kembali membaca buku biologi Campbell, terutama yang jilid 3 yang memang isinya mengkhususkan diri membahas masalah anatomi dan fisiologi hewan. Hitung-hitung untuk membuang jauh-jauh rasa galauku. Well, aku harus terus menjaga semangat dan antusiasme ini, kalau bisa sampai aku lulus. Ini adalah passion-ku,  ini adalah yang aku cari selama ini, aku mengucap syukur kepada Allah yang telah memberikanku kesempatan yang luar biasa ini.

Selasa, 29 Juli 2014

Rhazes Institute

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Well, aku ingin bercerita tentang impian terbesarku kepadamu. Iya ini mimpi yang sangat luarbiasa yang aku rancang berulang-ulang di dalam kepalaku ini. Sebut saja seandainya saja aku Walt Disney, maka impian ini adalah Disneyland. Impianku adalah membentuk sebuah lembaga riset medis terkemuka bernama Rhazes Institute. Sebenarnya tidak hanya lembaga riset medis, namun juga sebuah institusi pendidikan yang memfokuskan diri kepada ilmu-ilmu kesehatan. Rhazes institut akan menjadi lembaga riset panutan di dunia, tempat dimana ilmu begerak mondar-mandir dengan begitu cepatnya.

"Apa & Kenapa bernama Rhazes Institute?"

Rhazes adalah nama latin untuk seorang ilmuan terkemuka yang hidup di zaman keemasan Islam, Muhammad ibn Zakariya al Razi. Dia adalah salah satu pioner penting dalam farmasi dan kedokteran bersama-sama dengan Hipokartes, Galen, dan Ibn Sina. Kenapa aku tidak mengambil nama yang lain? Karena aku menginginkan nama dari seorang tokoh zaman keemasan Islam yang memiliki peran tak tergantikan dalam kemajuan medis sekarang dan karena sudah terlalu banyak yang mengambil nama Ibn Sina/Avicenna, maka aku memutuskan untuk mengambil Rhazes sebagai nama institut ini. Walaupun sebenarnya ada hal yang sedikit mengganjalku dengan nama ini, Rhazes kendatipun ia adalah ilmuan besar di zaman keemasan Islam, dia bukan seorang muslim, dia seorang deis. Wallahualam.
Rhazes Institute akan mengambil motto:
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً
yang diambil dari hadis nabi dengan arti kurang lebih adalah, "Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Ia turunkan untuk penyakit itu obatnya."

"Apa motivasimu mendirikan Rhazes Institute?"

Pertama aku termotivasi dengan ketertinggalan umat muslim belakangan ini. Aku ingin memberikan motivasi pada mereka untuk kembali maju ditambah lagi dengan mengingatkan mereka bahwa dahulu kita pernah memiliki generasi emas yang begitu luarbiasa. Aku ingin mengulangi generasi emas tersebut dengan kembali mencetak ilmuan-ilmuan unggul dalam ilmu medis. Motivasiku yang kedua berangkat dari keprihatinanku akan masa depan kesehatan & pendidikan orang-orang kelas bawah. Untuk sehat dan pintar tak semua orang bisa menjangkaunya. Aku ingin institut ini menjembatani impian sehat & pintar itu bagi orang kelas bawah. Institut ini bukan hanya untuk umat muslim, namun terbuka bagi semua umat yang membutuhkan. Motivasiku berikutnya tentu saja adalah karena aku seorang penggila ilmu. 

"Rhazes Institute memiliki universitas juga, jurusan apa yang ditawarkan?"

Pastinya adalah jurusan yang berhubungan dengan ilmu medis. Aku telah membuat kemungkinan jurusan-jurusan yang dibuka di Rhazes Institute:
  • Kedokteran
  • Bioteknologi
  • Biomedik
  • Biologi
  • Farmasi

Tentu saja impian ini sampai sekarang masih merupakan proyek wacana, tapi aku akan berusaha keras untuk menjadikan impian ini menjadi kenyataan. Aku akan berusah sangat keras, In Shaa Allah, semuanya akan tercapai.

Langkah Awal

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Tepat tanggal 16 Juli lalu semua perjuangan kerasku akhirnya terbayar. Kau tahu? Lega sekali, akhirnya setelah perjuangan keras selama kurang lebih tiga tahun, yah aku pada akhirnya lulus di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (walau belum resmi). Aku bisa mencontreng satu impian di daftar mimpi yang aku buat semasa SMA, sebuah langkah yang sangat penting dan memang harus aku laksanakan jika aku ingin menyelamatkan sisa-sisa impianku.


Aku bersyukur sekali kepada Allah karena telah mengizinkanku untuk kembali memeluk seluruh imipian-impian itu.
Fakultas Kedokteran ya :'') Ah pada akhirnya aku akan segera menjadi mahasiswa kedokteran, semua impian itu terasa mengalir lagi ke sekujur tubuhku, semuanya hidup ke dalam aliran darahku, aku merasakannya, begitu hangat, gairah hidupku telah kembali.
Setelah ini aku akan berjuang bagaimana caranya aku bisa mendapat beasiswa, aku ingin sekolah ke luar negeri untuk memperdalam virologi, aku ingin sekolah ke Harvard Medical School di Boston atau Imperial College London di Inggris.
Aku melihat list semua buku kedokteran yang harus aku baca dan aku begitu bersemangat. Semuanya sangat aku sukai, mulai dari buku-buku sel, fisiologi, farmakologi, sampai prinsip-prinsip umum kedokteran, wow!
Kini saatnya untuk bergerak maju dengan kecepatan dan kekuatan penuh, berlayar mengarungi samudera luas kehidupan, merajut asa, menggapai impian...

Depok, 29 Juli 2014
Tengku Muhammad Rezqy Pyranda

Senin, 23 Juni 2014

Hagia Sophia


بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Ada beberapa tempat yang sangat ingin aku kunjungi di dunia ini. Mungkin jika aku urutkan akan berjejer nama-nama keren yang cukup familiar di telinga kita, Mekkah, Medina, Yerussalem, Paris, Roma, hingga tempat-tempat yang mengandung kekayaan alam luar biasa seperti Bunaken atau Pulau Komodo.

Namun ada satu tempat yang sangat aku pandang tinggi, sebuah bangunan yang luar biasa indah yang sudah berdiri lebih dari 1400 tahun yang lalu. Bangunan itu bernama Hagia Sophia yang terletak di Kota Istanbul, Turki. Ada banyak hal magis yang aku rasakan ketika memandang bangunan itu di layar laptop atau televisi, arsitektur yang begitu rapi dan sangat luar biasa mendetail, sungguh luarbiasa. Aku ingat ketika mendengar cerita tentang orang-orang Russia saat mereka pertama kali memutuskan untuk masuk ke Agama Orthodoks. Mereka, orang-orang Russia itu, diundang oleh Kaisar Bizantium ke Hagia Sophia. Sekejap-pun mata mereka tak berkedip memandangi keindahan Hagia Sophia, beberapa dari mereka bahkan mengatakan mereka tak sedang di bumi, mereka sedang berada di Surga.



Hagia Sophia memiliki arti "Kebijaksanaan Suci" atau dalam bahasa yang lebih keren, "The Holy Wisdom". Namanya merepresentasikan salah satu konsep Trinitas dalam agama Kristen, yaitu Logos atau yang lebih dikenal sebagai Ruh Kudus (Ruh Kebenaran). Dibangun oleh matematikawan Bizantium, Isidore, atas titah Kaisar Justinian I. Hagia Sophia dibangun sebagai Gereja Timur Ketiga, menggantikan Gereja Timur Kedua yang hancur saat terjadi kerusuhan Nika. Pembangunannya melambangkan kesuksesan Byzantium saat itu yang hampir menguasai seluruh wilayah Mediterania. Hagia Sophia menjadi gereja terbesar selama hampir seribu tahun sebelum dikalahkan oleh Katedral Seville di Spanyol.

Hagia Sophia kemudian menjadi sebuah mesjid setelah Byzantium ditaklukan oleh Turki Ottoman. Sultan Mehmed II menjadikannya sebagai Mesjid Utama Kekalifhan Ottoman. Mulai dari saat itu, panggilan merdu Adzan terdengar dari dalam mesjid. Beragam ornamen kristen mulai digantikan dengan berbagai macam kaligrafi Islam. Lantai marmer-nya mulai ditutupi oleh karpet panjang yang berlaku sebagai Sajadah. Sungguh menjadi sebuah kebahagiaan jika kita diberi kesempatan untuk dapat sujud di dalam Hagia Sophia. Sayangnya, Hagia Sophia mengakhiri perjalanan panjangnya sebagai Rumah Tuhan setelah Kekalifahan Ottoman runtuh dan digantikan oleh Republik Turki dibawah kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha.


Arsitektur Hagia Sophia menjadi sangat dikagumi hingga sekerang ini. Bukan hanya daya tarik seninya yang begitu anggun, namun juga dari segi kerangka pembangunannya. Sempat terdapat masalah pada pondasinya dikarenakan oleh kubahnya yang terlalu berat sampai hal itu diperbaiki oleh keponakan Isidore yang menggantikannya dengan bahan yang lebih ringan. Arsitek asal Turki, Mimar Sinan, juga ambil bagian dalam perawatan Hagia Sophia. Dia membuat Hagia Sophia menjadi lebih tahan terhadap guncangan seperti gempa bumi. 


Terakhir Hagia Sophia mengalami perombakan di masa Sultan Abdul Mecid yang menugaskan arsitek Italia, Giuseppe Fossati, untuk meperindah bangunan anggun ini.

Kini Hagia Sophia beroperasi sebagai museum yang banyak mengundang pendatang dari berbagai penjuru dunia. Dalam hati kecilku, ya hati kecil, aku masih berharap bahwa bangunan ini kelak akan menjadi Rumah Tuhan kembali, aku berdoa kelak mungkin aku akan datang ke sana bersama kedua orangtuaku dan istri (wkwkwkwk) untuk bersujud, tenggelam dalam ketenangan sebagai seorang hamba Tuhan.

Keanggunanmu jauh lebih memukau ketimbang kecantikan Cleopatra
Jika saja Caesar hidup sezaman denganmu, maka mungkin ia akan jatuh cinta padamu
Hagia Sophia, terselip doa pada Tuhanku
Semoga saja kelak ia memperkenankan raga ini untuk mengunjungimu
Ketika itu mungkin air mata akan mengucur di pipiku, diam dalam sujud sembari terkagum oleh keindahan yang engkau miliki...



Minggu, 22 Juni 2014

Veritas Vos Liberabit

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Veritas Vos Liberabit, begitulah judul yang aku berikan pada blog ini. Apa artinya itu? Kalimat itu aku ambil dari bahasa latin yang memiliki arti kurang lebih, "Kebenaran akan membebaskanmu.". Veritas Vos Liberabit juga menjadi motto sebuah institusi pendidikan tinggi di Amerika Serikat, Johns Hopkins University. Lalu kenapa aku memilih nama itu? Begini, banyak orang yang mengatakan apalah arti sebuah nama, yang artinya dalam pemahamanku bahwa banyak orang yang menganggap nama sama sekali tidak memberikan pemaknaan pada apapun. Kenyataannya dalam sebuah nama tersimpan doa, harapan, cita-cita yang tinggi. Nama mengandung unsur semangat yang akan banyak membantu di masa-masa sulit, dengan mengingat makna dari sebuah nama yang diberikan orangtua pada anaknya akan membuat si anak bersemangat dalam kehidupannya. Lalu aku tegaskan sekali lagi,


"Dalam sebuah nama tersirat sebuah doa..."


Kenapa aku mengambil nama itu? Aku ingin blog ini mampu mengungkapkan kebenaran-kebenaran yang kabur tentang hidup, bisa jadi hidupku, hidupmu, atau hidup mereka-mereka yang lain. Kebenaran adalah suatu harga yang tak bisa ditawar, kebenaran akan tetap menjadi sebuah kebenaran dimanapun ia berada, namun yang harus kita garis bawahi adalah kebenaran memiliki banyak sekali wajah hanya jika kita memperhatikannya dengan seksama. Kebenaran bisa kita analogikan sebagai massa yang bergantung dari volume dan densitas suatu zat, sementara wajahnya adalah berat yang bergantung pada medan gravitasi tempat benda tersebut berada.


Lalu apa makna dari, 'Kebenaran akan membebaskanmu.' ? Maknanya dengan kebenaran, kita bisa terbebas dari kebodohan. Kebodohan, semoga Allah menjauhi kita daripadanya, senantiasa menjadi pangkal dari beragam permasalahan di muka bumi ini. Kebodohan melahirkan kenaifan, kesombongan, kemiskinan, kesesatan, bahkan kekafiran. Bodoh merupakan senjata utama setan untuk memperdaya umat manusia. Allah memberikan kita hati yang diterangi iman dan akal yang diterangi oleh kebenaran untuk melawan setan dan kebodohan yang ia ciptakan.

Tanpa bermaksud untuk SARA, Veritas Vox Liberabit merupakan jawaban dari petanyaan Qued Est Veritas? Pernyataan ini, jika kalian ingin tahu, bisa ditemukan dalam Pontius Pilatus (Gospel Of John). Bagaimana pemaknaan terhadap hal ini mungkin aku bisa menceritakan kisahnya pada kalian pada posting-posting berikutnya.

Di dalam blog ini aku akan banyak bercerita tentang pengalaman-pengalaman hidupku, berbagai kisah-kisah tentang kebijaksanaan dan filsafat, mungkin akan sedikit menyinggung pada permasalahan agama, lalu aku juga akan menceritakan banyak hal tentang perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang teknik dan biologi. Aku juga akan bercerita mengenai sejarah, ya aku orang yang menyukai sejarah, dan juga tokoh-tokoh hebat yang semuanya aku tulis dalam sudut pandangku terhadap mereka.

Dan pada akhirnya aku berdoa semoga blog ini dapat memberikan manfaat pada kita semua...

Veritas Vox Liberabit

Tengku Muhammad Rezqy Pyranda

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Assalamualaikum,

Well, ini adalah posting pertamaku di blog ini. Pada awalnya aku bingung ingin memposting apa di blog ini, apakah aku langsung curhat? Langsung menceritakan segala yang aku tahu? Merangkum seluruh isi otakku dalam sebuah karangan singkat? Tampak kurang menarik untuk sebuah publikasi awal, terlalu berbobot juga. Aku pikir-pikir, lebih enak jika di posting pertama ini aku memperkenalkan diriku.

"Perkenalan adalah awal dari sebuah persahabatan..."


Namaku adalah Tengku Muhammad Rezqy Pyranda, simple-nya kalian bisa memanggilku TM. Aku punya beberapa nama, saat SD orang-orang mengenalku sebagai Riski, di lingkungan keluarga aku punya nama panggilan sayang Eqy, bahkan belakangan ini orang-orang memanggilku Ali karena aku menggunakan nama samaran Muhammad Alghazali dalam sebuah institusi pendidikan. Nama TM sendiri mulai populer ketika aku SMP, sebuah akronim yang membuat orang mudah akrab denganku, sampai sekarang orang-orang di sekitarku mengenalku sebagai TM dan aku memang lebih nyaman dipanggil seperti itu.


Umur? Aku kelahiran November 1995, artinya saat ini aku berusia 18 tahun. Masih cukup muda dibandingkan dengan semesta kita yang sudah berusia miliaran tahun, mungkin lebih. Aktivitasku saat ini adalah menunggu pengumuman SBMPTN dan SIMAK UI sambil mencari ilmu sebanyak-banyaknya sebelum aku masuk kuliah (lagi).

Banyak hal yang aku sukai di dunia ini. Aku suka pada bola kaki, aku anggota Red Army, fans setia Manchester United, tapi kalau di PES aku memakai Bayern Munich karena pemain MU sulit sekali menjaga posisi ketika bermain. Aku suka pada ilmu pengetahuan, apa saja, fisika, kimia, biologi, matematika, aku suka semuanya. Biologi dan Fisika adalah dua cabang ilmu yang paling aku sukai. Aku juga suka sejarah dan filsafat, untuk filsafat sebenarnya aku sudah terjebak dalam lubang hitam yang memaksaku untuk menyelesaikannya karena sudah terlanjur memulai. Aku memiliki ketertarikan pada musik, walau tak bisa bermain alat musik, terutama aku menyukai Jazz, Rock, dan Blues. Belakangan aku sedang serius menekuni filsafat keagamaan, sebuah aktivitas yang berbahaya sebenarnya, tapi rasa penasaran membuatku berjalan cukup jauh.

Dan yang terakhir, aku seorang muslim....