بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Mungkin ini postingan tergalau yang aku tulis di blog ini. Intinya sih bukannya aku ingin bergalau ria, hmm tapi lebih kepada sharing pemikiranku terhadap cinta yang mungkin salah, bisa jadi ada benarnya. Well, singkatnya aku tidak bisa tidur malam ini. Di sinilah aku, memandang layar laptop, di pagi yang terlalu buta dengan segelas kopi bejawa di sampingku.
Aku ingin mulai dari apa yang pertama kali aku rasakan ketika jatuh cinta. Kau tahu? Ketika aku jatuh cinta, ya aku pernah beberapa kali, aku selalu berpikir apakah orang ini yang aku cari, apakah orang ini yang bisa mengasuh anak-anakku kelak (anjirrr), apakah orang ini bisa bersabar dengan segala kegilaanku. Kata orang-orang bijak, cinta adalah penyatuan dua jiwa (pernyataan ini sangat filsafat sekali, fakta biologis pasti menyangkalnya), ya jiwa, bukan raga.
Teman-temanku, walau tidak semua, mereka berganti-ganti pacar dalam frekuensi yang cukup sering. Aku sama sekali tidak menyukai hal itu, dalam hatiku kenapa harus melakukan hal-hal bodoh semacam itu jika ujung-ujungnya hanya untuk berpisah? Namun pada kenyataannya aku juga berganti-ganti kisah cinta, tidak jauh berbeda dari yang mereka lakukan, hanya mungkin aku dalam bentuk yang jauh lebih sopan. Terkadang aku sering bertanya-tanya dalam diriku, kenapa takdir mempertemukan kita dengan orang-orang tertentu, kau tahu? talking, joking, laughing, sharing, caring, and finally loving, tapi pada akhirnya kita berpisah dan kembali ke titik nol dimana kita menjadi The Perfect Stranger (tidak jauh berbeda seperti lagu Gotye, Somebody That I Used To Know).
Para psikolog bilang, di usia muda kita memang harus banyak jatuh cinta. Dicintai dan mencintai adalah sebuah siklus dalam perjalanan kita untuk menemukan jati diri kita yang sebenarnya. Sama sekali normal bagi kita untuk meneguk manisnya cinta, dan terkadang merasakan pahitnya. Cinta adalah bagian dari proses pendewasaan diri untuk kita (pertanyaannya sekarang kapan kita akan dewasa -___-).
Antara cinta dan impian sering sekali aku rasa berbenturan. Apakah memang selalu seperti itu atau harus seperti itu? Aku sama sekali tak tahu jawabannya, mungkin aku tidak mendapatkan jawabannya karena aku terlalu takut untuk jujur. Harusnya mungkin aku mengatakan yang sebenarnya, tentang semua impianku. But the past is the past and always be the past, I have to keep moving on. Mungkin Allah ingin aku belajar, siapa yang tahu rencana-Nya?
Aku belajar bahwa kita tidak bisa percaya begitu saja pada syair, pada teori-teori cinta, Love is learning by doing.
Guru besar ITB dulu pernah bilang, "Ketika kita kehilangan sesuatu, Tuhan akan menggantikannya dengan yang lebih baik, percayalah..." Aku suka tersenyum-senyum sendiri jika mengingat dia mengatakan hal itu di depan seluruh mahasiswa baru ITB. Kau tahu, seorang guru besar menceritakan masalah cinta masa lalu-nya, hal yang sangat jarang bukan?
Terakhir yang mungkin aku bisa katakan, mungkin ini akan membuatku tampak sebagai pecundang cinta, tapi aku rasa kekuatan terbesar pada cinta tidak terletak pada memiliki, tapi kepada membiarkan pergi, bentuk tertinggi cinta adalah ikhlas. Aku memang orang yang berengsek dengan segala yang telah aku lakukan, but I'm learning to be a better person day by day. Setelah semua kenangan indah, ada waktunya bagi kita untuk melepaskan dan mengucapkan perpisahan, membiarkan takdir Tuhan yang menentukan nasib cinta kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar