Minggu, 03 Agustus 2014

Bagaimana Caraku Memandang Dunia?

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Setalah kemarin aku membahas filosofiku terhadap cinta, pada postingan kali ini aku akan kembali membahas filosofi, akan tetapi bukan terhadap cinta, kali ini aku ingin membahas pandanganku terhadap dunia ini, terhadap kehidupan.
Aku adalah seorang pemberontak mungkin, beberapa orang menganggap aku hidup tanpa aturan, seorang anarki, tapi mereka sebenarnya salah. Aku orang yang cukup konservatif terutama menyangkut prinsip-prinsip hidup. Aku adalah orang yang sangat keras kepala. Semua tentu ada batasnya, kekeraskepalaanku hanya menyangkut pada prinsip hidup, kalau menyangkut hubunganku dengan orang lain, aku cenderung untuk jauh lebih toleran dan jarang bersikap dominan.
Aku sangat tidak menyukai siklus kehidupan kebanyakan orang, entahlah aku sebenarnya juga tak paham. Kau tahu? Kita hidup di dunia ini, dibesarkan, kemudian kuliah, kemudian bekerja dan mengumpulkan sebanyak mungkin uang untuk menjadi kaya, lalu menikah, punya anak, tua rajin beribadah, baru kemudian bersiap menghadap kematian (walau pada kenyataannya kematian dapat datang kapanpun). Yang aku tanyakan kemudian, apakah hidup itu emang harus selalu seperti itu? Aku merasakan keterbatasan di dalam pemikiran seperti itu, mungkin bagi kebanyakan orang hidup seperti itu menyenangakan, tapi tidak bagiku. Hidup bisa jauh lebih luas dari itu, hidup tidak hanya soal uang dan wanita. Bagiku hidup adalah pencarian jawaban atas semua pertanyaan kita, tentang semua keingintahuan kita, walau mungkin tidak semua akan terjawab. Bagiku hidup adalah sekolah pencarian jati diri kita, pencarian dimanakah kita berada di jagat raya yang begitu luas ini.

"Aku tak mengerti apa-apa tentang hidup, tapi aku berniat untuk mencari tahu..."

Aku bekerja begitu keras untuk impianku dan In Shaa Allah mulai menunjukkan hasilnya. Apa pentingnya sebuah impian? Aku tahu impianku sangat besar dan bagi kebanyakan orang hampir mustahil impian itu bisa tercapai. Aku tidak mempersalahkan hal itu, yang terpenting bukan impiannya, tapi proses untuk mencapainya dan kemudian apa yang akan aku lakukan setelah impian itu tercapai, apa efeknya bagi kebanyakan orang seandainya itu tercapai. Sebagaimana telah aku katakan bahwa aku memandang hidup ini bagai sekolah, aku memandang impian sebagai alat bagiku untuk belajar.

"Impian bagiku adalah cermin terbaik untuk melihat siapa diri kita dan cinta adalah bayangan yang terpantul dari cermin itu." 

Banyak orang yang menganggapku sangat aneh dan bodoh, bahkan beberapa menganggapku cukup gila. Aku tidak mempermasalahkan hal itu, itu hak mereka untuk menilai. Ini semua karena cara pandangku terhadap hidup dan kenggananku untuk mengikuti keinginan dan tuntutan kebanyakan orang. Aku adalah orang yang mengikuti kata hatiku, bukan kata orang lain. Aku pernah mengikuti kata orang lain, kemudian berakhir dengan penyesalan dan depresi dan itu sudah cukup bagiku sebagai sebuah pelajaran.

"Selalu dengar apa kata hatimu, berbicaralah dengannya, luangkan waktumu untuk berbicara dengan dirimu yang sebenarnya karena hanya dia dan Allah-lah yang tahu siapa engkau..."

Lalu jika harus berjalan selangkah lebih jauh lagi, aku selalu ingat bahwa tugasku di bumi ini adalah sebagai Khilafah, tugasku adalah untuk melayani. Aku selalu ingat bahwa pada akhirnya yang penting bukanlah diri kita sendiri, tapi bagaimana caranya kita dapat membantu orang lain menjadi lebih baik dari hari ke hari, bagaimana caranya kita menjadikan dunia tempat kita hidup ini menjadi sebuah tempat yang layak untuk berbagi dan berbahagia.

"Melayani sesama adalah tujuan yang sungguh mulia, hadiah terbesar yang kita berikan untuk diri kita dan orang lain..."

Aku tidak ingin tersandera oleh budaya manusia, itu adalah pelajaran terpenting yang aku dapatkan selama dua tahun yang belakangan ini. Pada kenyataannya terkadang aku tidak menyukainya, aku adalah orang yang sederhana dan menyukai kesederhanaan. Kau tahu apa yang aku bicarakan kan? Aku tidak menyukai bagaimana kita bersikap hanya untuk dipandang tinggi oleh orang lain dengan cara-cara yang tidak noble. Haruskah aku tahu dimanakah kau berada melalu Path? Apa yang kau makan melalui Instagram? Itu semua terasa sangat tidak penting dan sering aku tertawakan. Tidak berarti semua hal itu salah karena bisa jadi itu menurutmu benar, tapi bagiku itu penuh kesia-siaan. Apa yang terbaik adalah bagaimana kita bisa tetap tampil bersahaja, namun orang lain mengagumi sosok kita. Kekuatan tidak muncul dari otot, dari apa yang kita tunjukkan, kekuatan berasal dari apa yang ada di dalam kepala, dari apa yang kita sembunyikan. Bukankah Allah juga telah mengingatkan kita untuk menjauhi sikap riya?

"It's not who I'm underneath, but what I do that defines me." ~The Batman


Roda kehidupan akan berputar dan kitab suci telah memerintahkan kita untuk mengingat lima hal sebelum lima hal lain datang menyusulnya (Baca Al Ashr). Cobaan itu datang bukan sebagai hukuman atas kita, tapi datang sebagai sarana bagi kita untuk belajar, untuk berkaca diri dan memperbaiki kesalahan. 

"Tetap tegar dan bersabar ketika gagal dan rendah hati dikala menang."

Veritas Vos Liberabit, The Truth Shall Set You Free









Tidak ada komentar:

Posting Komentar