Rabu, 06 Agustus 2014

Apa itu Seleksi Alam?

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Hmmm...kalau seandainya kita berbicara tentang evolusi, maka kita tidak akan pernah bisa memisahkannya dengan seleksi alam. Apa itu Seleksi Alam? Biarkan aku bercerita sedikit tentang seleksi alam.
Well, penjelasan mengenai seleksi alam-lah yang menghantarkan sukses bagi Darwin dalam teori evolusi-nya. Di tulisan sebelumnya yang berjudul Charles Darwin: Sebuah Revolusi Ilmiah aku sudah bercerita bahwa sebelum Darwin sudah banyak ilmuan yang mengajukan teori Evolusi, namun penjelasan mereka belum bisa diterima secara universal di kalangan ilmuan. Baru Darwin-lah yang sukses membuat evolusi, sebagai hal yang menjelaskan terbentuknya spesies, diterima sebagai sebuah fakta ilmiah.
Kita mulai dengan hal yang sangat dasar mengenai evolusi sebelum kita menjelaskan seleksi alam.  Pertama, tidak ada dua individu yang sama di dunia ini. Itu adalah ungkapan umum yang menunjukkan variasi genetik. Tidak ada individu yang sama secara persis baik secara fenotipe (penampakan luar) maupun genotipe (gen). Kembar saja pasti memiliki perbedaan, iya kan? Nah, perbedaan ini akan menimbulkan kemampuan yang berbeda pula dalam bertahan hidup.


Kunci kedua dalam memahami seleksi alam adalah apa yang kita sebut dengan mutasi. Mutasi adalah perubahan materi genetik pada mahluk hidup. Mutasi bisa tampak, bisa tidak tampak. Mutasi tampak yang berdampak langsung pada perubahan fenotipe merupakan sasaran langsung dari seleksi alam. Mutasi bisa bersifat menguntungkan atau malah merugikan bergantung pada apa yang paling berkesesuaian dengan alam saat itu.


Aku akan memeparkan sebuah contoh tentang akibat yang bisa ditimbulkan oleh mutasi dan kaitannya dengan seleksi alam. Kau tahu penyakit sickle cell-kan? Atau yang lebih kita kenal dengan anemia sel sabit. Sel sabit ini pada mulanya berkembang di daerah Afrika. Mutasi sel sabit awalnya dimaksudkan untuk melawan infeksi malaria, orang-orang dengan gen sickle cell heterozigotik menjadi resisten terhadap malaria. Sementara itu orang-orang dengan gen sickle cell homozigotik malah terkena anemia parah karena sel eritrositnya cacat. Migrasi populasi manusia membawa gen ini keluar Afrika, menuju ke daerah-daerah yang bebas malaria, Amerika Serikat contohnya. 



Sekarang kita kembali ke topik utama yang akan kita bahas dalam posting ini. Apa itu seleksi alam? Seleksi alam merupakan fenomena dimana alam melakukan penyisihan/seleksi terhadap organisme-organisme yang paling sesuai untuk hidup. Organisme yang paling cocok untuk hidup, ingat bukan yang paling kuat, maka dia yang akan bertahan. Evolusi akibat seleksi alam merupakan campuran antara kebetulan dan pemilahan, kebetulan dalam pemunculan variasi genetik baru (awalnya karena mutasi) dan pemilahan ketika seleksi alam lebih menguntungkan beberapa gen daripada gen-gen yang lain. Menurut Herbert Spencer, seleksi alam tak lain hanyalah "Kelsetarian bagi yang paling sesuai (survival of the fittest).". Fenotipe organisme merupakan hal yang diseleksi dalam seleksi alam. Proses seleksi punya tujuan yang cukup jelas, pencarian fenotipe "terbaik" atau "paling sesuai". Agar dapat lestari, suatu individu harus berhasil mengatasi segala kondisi kehidupan.
Contoh yang paling nyata adalah masalah penggunaan pestisida. Pestisida diciptakan untuk membunuh hama tanaman (ya iyalah masa ya iya iya dong). Nah, pada awalnya pestisida itu sangat ampuh untuk membunuh hampir sebagian populasi hama, mungkin angka kematian hama mencapai 90%. Namun terjadi seleksi di kemudian hari, dimana hama yang bertahan mulai mengembangkan kemampuan untuk meretensi/melawan pestisida. Hama yang nonresisten terhadap pestisida akan punah, sementara hama yang resisten akan bertahan dan kemudian berkembang biak. Hal ini tentunya akan semakin menyulitkan karena pada ujung-ujungnya hama itu akan kebal terhadap pestisida. (Ini juga terjadi loh antara antibiotik dan bakteri, hati-hati dalam pemakaian antibiotik makanya!)


Puncak dari seleksi alam adalah pemebentukan spesies baru atau istilah biologisnya spesiasi. Pada titik ini bisa dikatakan bahwa telah terjadi evolusi terhadap sebuah organisme.






Minggu, 03 Agustus 2014

Bagaimana Caraku Memandang Dunia?

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Setalah kemarin aku membahas filosofiku terhadap cinta, pada postingan kali ini aku akan kembali membahas filosofi, akan tetapi bukan terhadap cinta, kali ini aku ingin membahas pandanganku terhadap dunia ini, terhadap kehidupan.
Aku adalah seorang pemberontak mungkin, beberapa orang menganggap aku hidup tanpa aturan, seorang anarki, tapi mereka sebenarnya salah. Aku orang yang cukup konservatif terutama menyangkut prinsip-prinsip hidup. Aku adalah orang yang sangat keras kepala. Semua tentu ada batasnya, kekeraskepalaanku hanya menyangkut pada prinsip hidup, kalau menyangkut hubunganku dengan orang lain, aku cenderung untuk jauh lebih toleran dan jarang bersikap dominan.
Aku sangat tidak menyukai siklus kehidupan kebanyakan orang, entahlah aku sebenarnya juga tak paham. Kau tahu? Kita hidup di dunia ini, dibesarkan, kemudian kuliah, kemudian bekerja dan mengumpulkan sebanyak mungkin uang untuk menjadi kaya, lalu menikah, punya anak, tua rajin beribadah, baru kemudian bersiap menghadap kematian (walau pada kenyataannya kematian dapat datang kapanpun). Yang aku tanyakan kemudian, apakah hidup itu emang harus selalu seperti itu? Aku merasakan keterbatasan di dalam pemikiran seperti itu, mungkin bagi kebanyakan orang hidup seperti itu menyenangakan, tapi tidak bagiku. Hidup bisa jauh lebih luas dari itu, hidup tidak hanya soal uang dan wanita. Bagiku hidup adalah pencarian jawaban atas semua pertanyaan kita, tentang semua keingintahuan kita, walau mungkin tidak semua akan terjawab. Bagiku hidup adalah sekolah pencarian jati diri kita, pencarian dimanakah kita berada di jagat raya yang begitu luas ini.

"Aku tak mengerti apa-apa tentang hidup, tapi aku berniat untuk mencari tahu..."

Aku bekerja begitu keras untuk impianku dan In Shaa Allah mulai menunjukkan hasilnya. Apa pentingnya sebuah impian? Aku tahu impianku sangat besar dan bagi kebanyakan orang hampir mustahil impian itu bisa tercapai. Aku tidak mempersalahkan hal itu, yang terpenting bukan impiannya, tapi proses untuk mencapainya dan kemudian apa yang akan aku lakukan setelah impian itu tercapai, apa efeknya bagi kebanyakan orang seandainya itu tercapai. Sebagaimana telah aku katakan bahwa aku memandang hidup ini bagai sekolah, aku memandang impian sebagai alat bagiku untuk belajar.

"Impian bagiku adalah cermin terbaik untuk melihat siapa diri kita dan cinta adalah bayangan yang terpantul dari cermin itu." 

Banyak orang yang menganggapku sangat aneh dan bodoh, bahkan beberapa menganggapku cukup gila. Aku tidak mempermasalahkan hal itu, itu hak mereka untuk menilai. Ini semua karena cara pandangku terhadap hidup dan kenggananku untuk mengikuti keinginan dan tuntutan kebanyakan orang. Aku adalah orang yang mengikuti kata hatiku, bukan kata orang lain. Aku pernah mengikuti kata orang lain, kemudian berakhir dengan penyesalan dan depresi dan itu sudah cukup bagiku sebagai sebuah pelajaran.

"Selalu dengar apa kata hatimu, berbicaralah dengannya, luangkan waktumu untuk berbicara dengan dirimu yang sebenarnya karena hanya dia dan Allah-lah yang tahu siapa engkau..."

Lalu jika harus berjalan selangkah lebih jauh lagi, aku selalu ingat bahwa tugasku di bumi ini adalah sebagai Khilafah, tugasku adalah untuk melayani. Aku selalu ingat bahwa pada akhirnya yang penting bukanlah diri kita sendiri, tapi bagaimana caranya kita dapat membantu orang lain menjadi lebih baik dari hari ke hari, bagaimana caranya kita menjadikan dunia tempat kita hidup ini menjadi sebuah tempat yang layak untuk berbagi dan berbahagia.

"Melayani sesama adalah tujuan yang sungguh mulia, hadiah terbesar yang kita berikan untuk diri kita dan orang lain..."

Aku tidak ingin tersandera oleh budaya manusia, itu adalah pelajaran terpenting yang aku dapatkan selama dua tahun yang belakangan ini. Pada kenyataannya terkadang aku tidak menyukainya, aku adalah orang yang sederhana dan menyukai kesederhanaan. Kau tahu apa yang aku bicarakan kan? Aku tidak menyukai bagaimana kita bersikap hanya untuk dipandang tinggi oleh orang lain dengan cara-cara yang tidak noble. Haruskah aku tahu dimanakah kau berada melalu Path? Apa yang kau makan melalui Instagram? Itu semua terasa sangat tidak penting dan sering aku tertawakan. Tidak berarti semua hal itu salah karena bisa jadi itu menurutmu benar, tapi bagiku itu penuh kesia-siaan. Apa yang terbaik adalah bagaimana kita bisa tetap tampil bersahaja, namun orang lain mengagumi sosok kita. Kekuatan tidak muncul dari otot, dari apa yang kita tunjukkan, kekuatan berasal dari apa yang ada di dalam kepala, dari apa yang kita sembunyikan. Bukankah Allah juga telah mengingatkan kita untuk menjauhi sikap riya?

"It's not who I'm underneath, but what I do that defines me." ~The Batman


Roda kehidupan akan berputar dan kitab suci telah memerintahkan kita untuk mengingat lima hal sebelum lima hal lain datang menyusulnya (Baca Al Ashr). Cobaan itu datang bukan sebagai hukuman atas kita, tapi datang sebagai sarana bagi kita untuk belajar, untuk berkaca diri dan memperbaiki kesalahan. 

"Tetap tegar dan bersabar ketika gagal dan rendah hati dikala menang."

Veritas Vos Liberabit, The Truth Shall Set You Free









Sabtu, 02 Agustus 2014

Filosofi Cinta, Pemahamanku & Apa Yang Aku Pelajari Tentang Cinta

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Mungkin ini postingan tergalau yang aku tulis di blog ini. Intinya sih bukannya aku ingin bergalau ria, hmm tapi lebih kepada sharing pemikiranku terhadap cinta yang mungkin salah, bisa jadi ada benarnya. Well, singkatnya aku tidak bisa tidur malam ini. Di sinilah aku, memandang layar laptop, di pagi yang terlalu buta dengan segelas kopi bejawa di sampingku.
Aku ingin mulai dari apa yang pertama kali aku rasakan ketika jatuh cinta. Kau tahu? Ketika aku jatuh cinta, ya aku pernah beberapa kali, aku selalu berpikir apakah orang ini yang aku cari, apakah orang ini yang bisa mengasuh anak-anakku kelak (anjirrr), apakah orang ini bisa bersabar dengan segala kegilaanku. Kata orang-orang bijak, cinta adalah penyatuan dua jiwa (pernyataan ini sangat filsafat sekali, fakta biologis pasti menyangkalnya), ya jiwa, bukan raga.
Teman-temanku, walau tidak semua, mereka berganti-ganti pacar dalam frekuensi yang cukup sering. Aku sama sekali tidak menyukai hal itu, dalam hatiku kenapa harus melakukan hal-hal bodoh semacam itu jika ujung-ujungnya hanya untuk berpisah? Namun pada kenyataannya aku juga berganti-ganti kisah cinta, tidak jauh berbeda dari yang mereka lakukan, hanya mungkin aku dalam bentuk yang jauh lebih sopan. Terkadang aku sering bertanya-tanya dalam diriku, kenapa takdir mempertemukan kita dengan orang-orang tertentu, kau tahu? talking,  joking, laughing, sharing, caring, and finally loving, tapi pada akhirnya kita berpisah dan kembali ke titik nol dimana kita menjadi The Perfect Stranger (tidak jauh berbeda seperti lagu Gotye, Somebody That I Used To Know).
Para psikolog bilang, di usia muda kita memang harus banyak jatuh cinta. Dicintai dan mencintai adalah sebuah siklus dalam perjalanan kita untuk menemukan jati diri kita yang sebenarnya. Sama sekali normal bagi kita untuk meneguk manisnya cinta, dan terkadang merasakan pahitnya. Cinta adalah bagian dari proses pendewasaan diri untuk kita (pertanyaannya sekarang kapan kita akan dewasa -___-).
Antara cinta dan impian sering sekali aku rasa berbenturan. Apakah memang selalu seperti itu atau harus seperti itu? Aku sama sekali tak tahu jawabannya, mungkin aku tidak mendapatkan jawabannya karena aku terlalu takut untuk jujur. Harusnya mungkin aku mengatakan yang sebenarnya, tentang semua impianku. But the past is the past and always be the past, I have to keep moving on. Mungkin Allah ingin aku belajar, siapa yang tahu rencana-Nya?
Aku belajar bahwa kita tidak bisa percaya begitu saja pada syair, pada teori-teori cinta, Love is learning by doing.
Guru besar ITB dulu pernah bilang, "Ketika kita kehilangan sesuatu, Tuhan akan menggantikannya dengan yang lebih baik, percayalah..." Aku suka tersenyum-senyum sendiri jika mengingat dia mengatakan hal itu di depan seluruh mahasiswa baru ITB. Kau tahu, seorang guru besar menceritakan masalah cinta masa lalu-nya, hal yang sangat jarang bukan?
Terakhir yang mungkin aku bisa katakan, mungkin ini akan membuatku tampak sebagai pecundang cinta, tapi aku rasa kekuatan terbesar pada cinta tidak terletak pada memiliki, tapi kepada membiarkan pergi, bentuk tertinggi cinta adalah ikhlas. Aku memang orang yang berengsek dengan segala yang telah aku lakukan, but I'm learning to be a better person day by day. Setelah semua kenangan indah, ada waktunya bagi kita untuk melepaskan dan mengucapkan perpisahan, membiarkan takdir Tuhan yang menentukan nasib cinta kita.



Ilmu Pengetahuan atau Agana

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

*Diambil dari Catatan Facebook tanggal 19 Desember 2013

Judul yang sangat menarik bukan? "Ilmu Pengetahuan atau Agama?"  mungkin merupakan sebuah pertanyaan yang paling populer diantara para ilmuan abad 21 ini. Kebanyakan dari mereka yang notabene mempelajari alam, malah terkadang menyangkal keberadaan Tuhan, sebagian besar mereka menganggap bahwa Tuhan tak lain hanyalah mitologi belaka. Pertanyaan ini pertama kali dilontarkan oleh Baruch de Spinoza, seorang filsuf yang cukup berpengaruh diantara para ilmuan, termasuk Einstein. Saat ini aku dalam proses untuk memahami filsafat Tuhan-nya Spinoza. 
Kembali lagi aku mempermasalah ungkapan pengetahuan atau agama. Pertanyaan ini seringkali dari dulu mengganggu otakku. Kau tahu ada guncangan yang cukup jelas ketika aku begitu mengagumi Evolusi, tapi juga begitu mengagungkan penciptaan. Dulu, ketika SMA, aku membaca buku-buku yang membuktikan kebenaran Qur’an dalam pengetahuan, hanya untuk meyakinkanku pada agama ini. Sebuah proses yang panjang untuk tiba di titik penyadaran ini. 
Kita memang tidak pernah bisa menyatukan ilmu pengetahuan dan agama. Karena keduanya memiliki tujuan dan orientasi yang bebeda. Ilmu pengetahuan diciptakan bagi kita untuk memahami segala macam kreasi Tuhan, seluruh alam raya ini, namun untuk menentukan posisi kita di hadapan Tuhan, kepada agama kita berpaling. Ilmu pengetahuan adalah salah satu tools yang diciptakan untuk mempermudah kita beribadah pada-Nya, bukan untuk mengetahu apa dan seperti apa keberadaan-Nya. Cukup sia-sia barangkali ketika kita menggunakan ilmu pengetahuan untuk mendefinisikan Tuhan. Analogi jika ilmu pengetahuan itu adalah sebuah tubuh, maka agama adalah jiwanya. Keduanya bekerja secara berbeda.
Kemudian aku pernah membaca sebuah kutipan Newton, “Aku menganggap diriku seperti anak kecil yang menemukan dan terkagum-kagum pada sebuah kerang kecil di tepi pantai, sementara laut kebenaran membentang luas di belakangku.” Baru sekarang aku sadar bahwa maksud pernyataan Newton diatas adalah begitu rendahnya tingkat pengetahuan kita dibandingkan dengan fakta yang ada di alam raya ini. Perbandingannya bagai segelas air dengan samudera yang mengisi bumi. Berkembangnya IPTEK telah menunjukkan pada kita bahwa masih banyak misteri yang harus diungkap, masih banyak ilmu yang belum kita tahu. Oleh sebab itu, sangatlah sia-sia jika kita berusaha menjelaskan kata-kata Tuhan pada Kitab Suci dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Jangan pernah berani memfalsifikasikan keberadaan Tuhan, sementara sebenarnya ilmu-mu masih belum apa-apa dibandingkan ilmu Tuhan. 
Semangatlah untuk menimba ilmu, mengungkap misteri, bersahaja di depan Tuhan.

Charles Darwin: Sebuah Revolusi Ilmiah

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Aku ingin bercerita tentang salah satu ilmuan yang cukup aku kagumi, well sejatinya aku tidak akan menceritakan keseluruhan kisah hidupnya, hanya beberapa keping kisah dari kehidupannya yang akan aku ceritakan. Semua orang, terutama yang bekerja pada bidang-bidang yang berhubungan dengan biologi, pasti mengenal sosok yang sangat ikonik ini, ya benar, dia adalah Charles Robert Darwin.


Charles Robert Darwin atau yang lebih enaknya kita sebut saja Darwin, dilahirkan 12 Februari 1809 di Shrewsbury, Inggris. Keluarga besarnya adalah keluarga dokter yang cukup terkenal dan terhormat di Inggris. Suatu keuntungan dimana Darwin dapat dengan mudah mengakses pengetahuan dari keluarganya yang sebagian besar dokter-ilmuan. Darwin sendiri terkenal di dunia sebagai pencetus teori evolusi, tapi evolusi sudah menjadi bahasan yang cukup dikenal di kalangan ilmuan sebelum masa Darwin. Kakek Darwin sendiri, Erasmus, adalah salah seorang Evolusionis, kemudian kita mengenal sosok seperti Lamarck, bahkan jika kita tarik jauh kebelakang, konsep dasar evolusi sendiri telah dikenal pada masa keemasan peradaban Islam melalu Al-Jahiz (penulis Book Of Animals) dan Ibn Kahldun (penulis Muqadimah).
Sebagai seorang anak kecil, Darwin sangat senang bermain di alam. Kau tahu? Dia senang sekali mengumpulkan serangga. Darah naturalis memang telah mengalir begitu deras di dalam tubuhnya semenjak ia kecil. Darwin kecil mendapatkan passion pada zoologi.


Memasuki masa-masa ketika ia harus kuliah, Darwin dipaksa untuk masuk ke sekolah kedokteran oleh ayahnya. Saat itu ayahnya berikir bahwa masa depan terbaik bagi seseorang yang menyukai hanya ada di dunia kedokteran. Alhasil, Darwin kemudian masuk ke Sekolah Kedokteran Universitas Edinburgh pada tahun 1825. Sekolah Kedokteran Universitas Edinburgh saat itu merupakan sekolah kedokteran terbaik yang ada di Inggris.
Sayangnya, Darwin mendapati bahwa kuliah kedokteran sangat membosankan, ditambah lagi pada kebenciannya terhadap kegiatan bedah mayat yang dia anggap tidak berprikemanusiaan. Ketimbang kuliah kedokteran, Darwin malah lebih sering menghabiskan waktunya di museum Universitas Edinburgh dimana terdapat banyak sekali koleksi tumbuhan dan hewan.
Kuliah kedokterannya-pun mandek sampai pada akhirnya Darwin memutuskan untuk berhenti kuliah kedokteran dan pindah ke Universitas Cambrdige untuk belajar teologi. Teologi itu ilmu yang mempelajari agama dan ketuhanan, lulusan teologilah yang kelak akan banyak menjadi pendeta dan uskup di gereja-gerja anglikan Inggris. Pada saat itu, hanya di jurusan teologi-lah orang dapat belajar biologi, terutama sekali botani.

"Pada akhirnya Darwin memutuskan untuk mengikuti 'passion'-nya di biologi..."

Di perkuliahan yang baru-pun Darwin lebih senang berada di luar kelas. Dia aktif mengikuti kegiatan berburu dan mengamati burung, yang tentunya membuat kesal ayahnya. Dibawah bimbingan Pendeta John Henslow, Darwin mulai membahas topik-topik sensitif seperti bagaimana sebenarnya hubungan antara Tuhan dengan alam raya ini, Tuhan dengan penciptaan mahluk hidup.
Setelah lulus, Pendeta John Henslow menawarkan sebuah pelayaran yang kelak nilainya akan sangat berharga bagi dunia pengetahuan kepada Darwin. Pelayaran menglilingi dunia selama dua tahun, pelayaran yang akan mengubah wajah biologi selamanya. Inilah pelayaran Darwin yang sangat legendaris, The Voyage Of HMS Beagle.


Selama pelayaran ini, Darwin banyak sekali membaca buku, terutama buku-buku bertemakan geologi. Dia membaca buku karangan Charles Lyell, yang menjelaskan bahwa sebenarnya daratan/benua itu bergerak (Untuk lebih jelasnya baca saja buku yang bertema geologi masa lalu, sesuatu yang berhubungan dengan Pangea). Darwin juga sangat dipengaruhi oleh pemikiran Thomas Maltus yang menyatakan bahwa:

"Pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, dst), sementara pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dst)."

Apa artinya itu? Artinya jika populasi mahluk hidup terus berkembang seperti itu, kelak akan ada saatnya dimana ketersediaan pangan tidak akan mencukupi jumlah mahluk hidup, akan terjadi sebuah kompetisi, akan terjadi sebuah seleksi.
Hal terbaik dari perjalanan ini adalah ketika kapal ini harus lepas jangkar di pelabuhan-pelabuahan Amerika Selatan. Darwin banyak menghabiskan waktu untuk mengamati spesies-spesies yang ada di Amerika Selatan, spesies yang sama sekali berbeda dari yang biasa ia temui di Eropa. Belum lagi dia banyak menemukan fosil mahluk hidup dari masa lalu yang memiliki kemiripan dengan mahluk hidup yang ada di masa sekarang.


Itu belum menjadi puncak acaranya, puncaknya adalah ketika ia sampai di sebuah kepulauan bernama Galapagos!


Biarkan aku bercerita sedikit tentang Galapagos dan hal yang spesial tentangnya. Galapagos adalah sebuah kepualaun yang terletak di barat Amerika Selatan. Dahulu kala, seluruh benua dan daratan di dunia ini terhubung dalam suatu benua raksasa yang disebut Pangea. Pergerakan lempeng menyebabkan Pangea terpecah menjadi benua-benua yang lebih kecil, yang sekarang kita sebut dengan Asia, Eropa, Amerika, dan sebagainya. Galapagos merupakan kepulauan vulkanik, artinya dia terbentuk dari aktivitas gunung api bawah laut, mirip dengan kepulauan Krakatau di Selat Sunda. Apa artinya itu? Artinya bahwa Galapagos bukanlah bagian dari Pangea, dia adalah sebuah kepulauan yang berumur jauh lebih muda. Mudahnya bayangkan saja ada sebuah daratan yang tiba-tiba muncul dari bawah laut, mesikupun tidak tiba-tiba juga sih hahahahaha :D
Untuk sebuah daratan yang baru muncul, pasti awalnya daratan itu kosong, lalu darimana asalnya mahluk hidup? Asalnya dari migrasi mahluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mencapai kepulauan itu. Terjadilah klimaks, dimana akhirnya kepulauan ini penuh dengan berbagai spesies yang endemik.
Hal yang menakjubkan adalah Finch, burung Finch. Nenek moyang burung Finch berasal dari Amerika Selatan yang kemudian bemrigrasi ke Kepulauan Galapagos. Anehnya, burung Finch yang ada di Galapagos memiliki morfologi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan jenis habitat dan makanannya.


Charles Darwin kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting yang akan membentuk wajah biologi masa kini:

"Darimana mahluk hidup baru berasal? Darimana mahluk hidup berasal?"

Darwin mendapat ilham bahwa telah terjadi sesuatu dengan mahluk hidup selama ini. Mereka beradaptasi, mereka mengalmi sesuatu yang kita sebut sebagai Seleksi Alam (In Shaa Allah akan aku jelaskan pada postingan lebih lanjut).
Setelah kembali ke Inggris, Darwin kemudian menulis sebuah buku yang meringkas pemikirannya mengenai asal muasal spesies. Dia menulisnya dengan hati-hati, karena dia begitu paham bahwa ini menyangkut masalah sensitif yang bisa mengganggu banyak orang, iya ini menyangkut masalah keprcayaan masyarakat.

"Saat itu sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa semua mahluk hidup diciptakan oleh Tuhan secara spontan dan satu per satu, sementara menurut Darwin, mahluk hidup tercipta melalui sebuah mekanisme khusus bernama Evolusi ditambah lagi dengan pernyataan bahwa mahluk hidup yang ada sekarang berasal dari mahluk hidup yang ada di masa lampau."

Charles Darwin menunggu sekian lama sebelum akhirnya ia dapat mempublikasikan buku pengetahuan yang paling revolusioner dalam sejarah penetahuan setelah De Revolutionibus Orbium Coelestium-nya Copernicus, buku itu kita kenal dengan nama On The Origin Of Species, sebuah buku yang akhirnya mengubah wajah pengetahuan selamanya, sebuah buku yang menjelaskan mengapa ada begitu banyak mahluk hidup di dunia ini, sebuah buku yang menjelaskan asal-mula terbentunya mahluk hidup, sebuah buku yang menjelaskan kenapa virus flu mampu terus menginfeksi manusia tanpa memperdulikan antibodi yang telah diciptakan untuk melawan mereka, sebuah buku yang menjelaskan mengapa aku dan kamu (ciat ciat ciat :p ) bisa ada di dunia ini. Well, It's all about science...

"Bukan yang paling kuat atau yang terbaik yang bisa bertahan, tapi yang paling cepat merespon pada perubahan..."


-Charles Robert Darwin-