Sabtu, 08 Agustus 2015

Internal Medicine

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"No greater opportunity, responsibility, or obligation can fall to the lot of human being than to became a physician. In the care of the suffering, (the physician) needs technical skill, scientific knowledge, and human understanding...Tact, sympathy, and understanding are expected of the physician, for the patient is more collection of symptoms, signs, disordered functions, damaged organs, and disturbed emotions. (The patient) is human, fearful, and hopeful, seeking relief, help, and reassurance." 
-Harrison's Principles of Internal Medicine, 1950-

Udah pernah nonton House MD? Sebuah drama Amerika Serikat yang mengisahkan seorang pakar infeksi bernama Gregory House bersama dengan tim yang ia pimpin dalam menyelesaikan kasus-kasus medis yang sulit.
Atau mungkin mengenal Fujiyoshi-sensei di manga Jepang, Team Medical Dragon?

(Fujiyoshi & Gregory House)

Well, well, well
Kali ini gue bakal cerita tentang salah satu spesialisasi kedokteran yang gue minati. Spesialisasi itu bernama Ilmu Penyakit Dalam atau lebih tenar dikalangan medis sebagai Ilmu Paling Dalam *Ba Dum Tis*
Kedua tokoh yang gue ceritain di atas tadi, mereka adalah ahli penyakit dalam. Ketertarikan gue pada spesialisasi ini dimulai dari keinginan gue untuk memperdalam penyakit infeksi (terutama virologi) dan disuburkan oleh kedua tokoh tersebut. Semakin gue mempelajari dan akhirnya semakin teratrik, In Shaa Allah gue bakalan ambil spesialisasi ini :)


Seorang Internist atau dokter penyakit dalam, bekerja layak-nya seorang detektif. Internist akan berupaya mencari tahu apa sih kira-kira penyakit yang dialami seorang pasien. Pasien biasanya datang dengan keluhan yang kurang spesifik, seorang Internist akan melakukan berbagai pemeriksaan dan menentukan diagnosis yang tepat guna menyembuhkan pasien. Internist itu melacak penyakit bagai seorang detektif mencari seorang kriminal. Menentukan diagnosis yang tepat telah menjadi sebuah keharusan bagi seorang Internist, kesalahan dalam diagnosis dapat menjadi hal yang fatal.
Ilmu Penyakit Dalam sendiri secara pengertian merupakan spesialisasi medis yang dealing dengan pencegahan, diagnosis, dan penyembuhan penyakit orang dewasa. Gue dan teman gue lebih sering menyebut seorang dokter yang bekerja di bidang ini sebagai seorang dokter umum yang di-upgrade. 
Bekerja menjadi seorang Internist akan sangat menantang kalau dijalani dengan sungguh-sungguh, seperti memecahkan sebuah puzzle teka-teki yang sulit, membutuhkan konsentrasi, kepekaan, imajinasi, dan mungkin juga wahyu!
Dari segi sejarah, Internal Medicine sendiri pertama kali berkembang di Jerman lalu dibawa ke Amerika Serikat pada awal abad ke-20. Di Indonesia sendiri, kemungkinan besar, FKUI merupakan fakultas kedokteran pertama yang membuka departemen penyakit dalam. Departemen Penyakit Dalam FKUI dibuka pada tahun 1950, setahun setelah secara resmi Indonesia dapat dikatakan merdeka dari Belanda. 
FK Unpad sendiri membuka departemen penyakit dalam-nya pada tahun 1960, dikepalai oleh Prof. R.M. Suardi Surjohusodo, dr., SpPD. Saat ini Departemen Penyakit Dalam FK Unpad RSHS dikepalai oleh Primal Sudjana, dr.,SpPD-KPTI.,M.H.Kes. Dokter Primal sendiri adalah seorang ahli infeksi :3 Banyak mendengar tentang beliau dari dokter-dokter yang pernah mengajar. Semoga saja dapat diberi kesempatan mengobrol dan belajar darinya, AMIN!


Himpunan ahli penyakit dalam di Indonesia berdiri pada 16 November 1957 dengan nama Perkumpulan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Namun, kongres pertama PAPDI baru dapat terlaksana pada 22 September 1971. Anjir lama juga ya -_-


Untuk menjadi seorang Internist, seorang dokter harus menjalani pendidikan spesialis penyakit dalam selama 8 semester atau kira-kira 4 tahun dengan bobot sebanyak 84 SKS. Pendidikan spesialis penyakit dalam dapat diambil diberbagai universitas di Indonesia.

(Departemen Penyakit Dalam FK Unpad RSHS)

Well, pertama-tama yang gue harus lakukan adalah tetap fokus untuk menyelesaikan kuliah gue yang sekarang dulu karena impian gue itu masih jauh. Gue masih setia dengan impian-impian SMA gue, walau masih terdengar mustahil, tapi setidak-nya gue udah ngambil langkah-langkah untuk menuju ke arah sana. 

Berat, tapi gue belajar untuk menjadi kuat. 
Benzi chibna looble bazebni gweb, Nothing is impossible if you believe :)
Tengku Muhammad, your future Virologist and Internist











Rabu, 22 Juli 2015

Max Havelaar: Cerita dan Analisis

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Karena aku lelaki terhormat dan makelar kopi."
-Droogstoppel-

Well, mungkin sudah takdir kali ya kalau gue bakalan membeli buku ini. Yap! Bener banget, buku ini berjudul Max Havelaar (Biasanya ada di pilihan ganda pas ujian Sejarah :p ), yang ditulis oleh Eduard Douwes Dekker dengan menggunakan nama samaran Multatuli.
Sebenarnya waktu itu gue pengennya beli roman-roman karya Pram dan waktu ngelihat ke deretan buku-buku, gak sengaja gue ngeliat buku ini. Entah kenapa jadi pengen beli, sementara hepeng-ku terbatas :( 
Setelah berpkir dan menimbang-nimbang, kayanya sih gue bisa beli roman karya Pram entaran aja waktu di Bandung. Lagipula, kapan lagi gue bisa baca buku yang membuat orang-orang seperti Soekarno dan Tjipto Mangunkusomo bisa mengecap pendidikan. Berkat buku ini-lah politik etis dihadirkan ke Hindia Belanda, yang pada ujung-ujungnya nih membuka mata Bumiputera bahwa kita ini sebenarnya sedang terjajah. Tidak bermaksud hiperbolik sih, tapi menurutku kita tidak akan pernah bisa mendengar "Tujuh belas Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita..." seandainya buku ini tidak pernah terbit.
Eduard Douwes Dekker sendiri sebelum menulis buku ini merupakan pegawai pemerintah Hindia Belanda selama 17 tahun! Apa yang tertera dalam buku ini sebagian besar berdasarkan pengalamannya selama menjadi pejabat pemerintah Hindia Belanda. Gue secara pribadi berterima kasih kepada dia atas keberanian dan kelurusan hati yang ia miliki, dua hal yang bahkan sampai sekarang ini merupakan sesuatu yang sangat jarang.

(Multatuli artinya "Aku Menderita")

Dalam pos kali ini, gue bakalan nyeritain secara garis besar apa yang udah gue baca dan memberikan opini-opini pribadi gue. Jadi sebelum membaca, sorry ya bos kalau bakalan spoiler cerita dan mungkin ada hal-hal yang tidak bersesuaian antara hatiku dan hatimu :p

***
Cerita dimulai dari seorang saudagar kopi Belanda bernama Batavus Droogstoppel. Droogstoppel merupakan pemimpin dari firma dagang kopi milik mertuanya, Last & Co, bisa dikatakan bahwa dia merupakan seorang yang sangat kaya untuk ukuran tahun 1850-an. Kopi-kopi yang diperdagangkan berasal dari tanah jajahan Negeri Belanda, Hindia Timur. Droogstoppel merupakan orang yang "SANGAT LURUS", dia beranggapan bahwa kebanyakan orang terlalu berlebih-lebihan dalam bersikap dan terlalu suka ikut campur dalam urusan orang lain. Droogstoppel berkali-kali mengatakan dalam novel ini, bahwa dia adalah lelaki terhormat dan makelar kopi, lelaki terhormat hanya akan melakukan apa yang menjadi urusannya. Droogstoppel membenci syair dan para penyair sebagai akibat dari sikapnya yang memandang bahwa penyair suka berlebih-lebihan. Droogstoppel merupakan seorang Protestan yang taat dan bisa dikatakan agak fanatik, terlihat di berbagai sisi novel dia suka merendahkan kelompok agama kristen lain seperti Katolik dan Lutheran. Droogstoppel memiliki pandangan bahwa kekayaan yang ia miliki adalah akibat dari kesetiaannya terhadap Tuhan, sementara kemiskinan merupakan hukuman dari Tuhan terhadap kekafiran. 
Droogstoppel sendiri merupakan penggambaran dari kebanyakan masyarakat Belanda saat itu yang buta terhadap apa yang sebenarnya terjadi pada Hindia. Apa yang mereka miliki saat itu adalah keangkuhan dan anggapan diri yang selalu memandang diri merekalah yang paling benar. Droogstoppel sama sekali tidak memahami, seperti kebanyakan orang Belanda saat itu, bahwa kekayaan yang mereka miliki berasal dari penindasan terhadap rakyat Hindia Timur. 

(Ik ben makelaar in koffie -Batavus Droogstoppel-)

Masalah muncul tatkala Droogstoppel mengetahui bahwa sekutu bisnis Jerman-nya, Ludwig Stern, ditawari kerja sama oleh rival-nya dalam berbisnis kopi, Busselinck & Waterman. Dia lalu mengirim surat kepada Ludwig Stern agar tidak menerima tawaran tersebut karena dia akan memberikan keringanan pada Tuan Stern dalam berbisnis kopi dan ditambah lagi dengan dia akan memberikan kesempatan putra Ludwig Stern, Ernst Stern, untuk bekerja dan tinggal bersamanya. 
Singkatnya Ernst Stern datang ke Belanda untuk tinggal dan bekerja bersama-nya. Droogstoppel kurang menyukai Ernst karena pertama ia adalah penganut Lutheran dan yang kedua karena dia beranggapan bahwa Ernst memberi pengaruh buruk untuk kedua anaknya, Fritz dan Marie, melalui puisi yang dibuat olehnya (Ernst merupakan orang yang menyukai puisi).
Droogstoppel tanpa sengaja kemudian bertemu dengan seseorang yang ia sebut tuan Sjaalman yang artinya adalah pria ber-syal. Sjaalman memakai pakaian yang kumuh dan jelek, ditengah dinginnya malam di Amsterdam, Sjaalman sendiri hanya mengenakan syal, berbeda dengan Droogstoppel yang mengenakan rompi mewah dan hangat. Terkuaklah bahwa Droogstoppel dan Sjaalman adalah teman satu kelas ketika mereka masih sekolah dahulu. Sjaalman dulu pernah menolong Droogstoppel ketika dia akan dipukul oleh pedagang Yunani, ketika Sjaalman kemudian diserang oleh pedagang Yunani tersebut, Droogstoppel malah lari (sesuai dengan prinsip itu urusanmu bukan urusanku, lelaki terhormat tak akan melakukan hal semacam itu). 
Dari ingatannya itu, Droogstoppel mengambil kesimpulan bahwa Sjaalman ia temukan dalam keadaan miskin karena keangkuhan dan kesenangannya dalam mencampuri urusan orang lain. Sjaalman sendiri tak lain adalah tokoh utama dalam cerita ini, Max Havelaar.
Max kemudian mengirim Droogstoppel sebuah paket yang berisi catatannya selama dia berada di Hindia dan arsip-arsip penting mengenai perkebunan kopi di sana. Max meminta kepada Droogstoppel untuk menjamin penerbitan buku yang ia buat (Max sangat miskin untuk menerbitkan buku), Droogstoppel awalnya menolak tapi akhirnya menerima ketika melihat catatan perkebunan kopi di Hinda dan ketelitian Max dalam menulis arsip (Droogstoppel sedang mencari sekertaris baru untuk firma-nya).
Ernst Stern kemudian mempelajari semua catatan dan arsip yang dikirimkan oleh Max. Dia pula-lah, karena kegilaannya dalam dunia tulis menulis, yang mengubah paket Max sendiri menjadi sebuah bentuk tulisan yang terbagi atas beberapa bab.

***
Hindia Timur atau Hindia Belanda meliputi apa yang kita sebut sebagai Indonesia saat ini, dengan Aceh merupakan keresidenan terakhir yang bergabung pada tahun 1920-an.
Pemerintah dikepalai oleh Gubernur Jendral yang berkedudukan di Batavia, Gubernul Jendral menjadi perwakilan Raja Belanda di tanah Hindia. Pekerjaan seorang Gubernur Jendral dibantu oleh sebuah dewan pemerintahan yang juga berkedudukan di Batavia.
Hindia Timur dibagi atas beberapa keresidenan (kita sekarang mengenalnya dengan nama provinsi) dengan seorang Residen diangkat menjadi pemimpinnya. Sebuah keresidenan akan dibagi-bagi lagi menjadi beberapa wilayah yang disebut kabupetan, yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen. Asisten Residen akan dibantu oleh seorang bupati, yang biasanya merupakan seorang bangsawan yang berpengaruh pada daerah tersebut. 
Pada kenyataannya, posisi seorang bupati tidak bisa diganggu gugat dan bersifat hampir permanen. Berbeda sekali dengan posisi lain di Hindia yang diganti secara priodik. Kerajaan Belanda memang menggunakan pengaruh para bangsawan (Sultan atau Pangeran-pangeran daerah tertentu) untuk menjalankan politik-nya di tanah jajahan. Belanda memanfaatkan kepatuhan dan kepolosan penduduk Hindia terhadap para bangsawan. Sebagai sebuah catatan, seorang bupati memiliki gaji lebih tinggi dibandingkan pegawai Hindia lainnya untuk membiyayai gaya hidup para bangsawan yang borju

(Belanda dan Bangsawan Pribumi)

Max Havelaar merupakan Asisten Residen Lebak, menggantikan Asisten Residen sebelumnya, Tuan Slotering yang meninggal dunia. Max tengah menyelidiki dokumen-dokumen yang ditinggalkan oleh pendahulu-nya dan menemukan ada sesuatu yang tidak benar di kabupaten yang ia urus. Dalam penyelidikan tersebut Max dibantu oleh seorang pegawai Belanda lainnya, Verbrugge. Verbrugge juga telah bekerja dengan Asisten Residen Lebak sebelumnya.
Kediaman Max di Lebak selain dihuni oleh istrinya, Tine, dan anaknya yang juga bernama Max, dihuni juga oleh keluarga Slotering. Aneh-nya Keluarga Slotering, terutama Madam Slotering, enggan berhubungan dengan Max maupun pejabat lainnya. Madam Slotering merupakan wanita blasteran pribumi dan Belanda yang hanya mampu berbahasa Melayu, Max berasumsi bahwa hal inilah yang menghasilkan sikap aneh Madam Slotering. 
Max sebelum berdinas di Lebak, juga telah bekerja di Ambon dan Mandailing. Selama bekerja di Mandailing, Max sempat berisi tegang dengan Jendral van Damme yang berposisi di Padang. Ketegangan ini disulut oleh keengganan Max untuk menyerahkan ketua adat Mandailing, yang menurut-nya tak bersalah. Kelurusannya saat berada di Mandailing membuatnya tidak disukai oleh pejabat pemerintah baik yang pribumi maupun orang-orang Belanda sendiri.
Pada masa itu Belanda tengah memberlakukan Culturstelsel atau kita lebih mengenalnya dengan tanam paksa. Rakyat diwajibkan untuk menanam tanaman-tanaman tertentu selain padi untuk kepentingan ekonomi negeri Belanda. Tanaman-tanaman tersebut diantaranya adalah karet, kopi, dan tembakau. Tanam paksa sebenarnya tidak akan terlalu membebani petani jika dilakukan sesuai dengan aturan yang ada, namun di sinilah banyak penyelewangan itu terjadi. Petani dipekerjakan pada tanam paksa melebihi batas waktu yang ditentukan (Batas waktu tanam paksa adalah tiga bulan), kelebihan produksi juga tidak dikembalikan kepada petani seperti yang tertera pada peraturan. Bupati lebak saat itu, Raden Adipati Kartanegara, diketahui menerima komisi lebih dengan cara "menjual" rakyat-nya sendiri pada sistem yang diberlakukan oleh Belanda saat itu. Petani tidak diberi kesempatan untuk mengurusi ladang-nya sendiri, sehingga hal tersebut menyebabkan kekosongan lumbung pangan dan menimbulkan kelaparan hebat di Lebak.  
Bupati Lebak hidup bermewah-mewah dengan alasan untuk menjaga kewibawaan kaum bangsawan ditengah banyak terjadinya kelaparan dan pemberontakan. Selain penyelewangan sistem tanam paksa, juga sering terjadi perampasan harta rakyat yang dilakukan oleh para bangsawan pribumi sendiri.
Havelaar sendiri sudah banyak menerima informasi tersebut dari arsip yang dimiliki oleh Tuan Slotering dan rakyat yang secara diam-diam melapor kepadanya. Yang membuat Max merasa aneh adalah, tidak adanya sikap tegas yang diberikan oleh Residen Banten saat itu, Tuan Slijmering. Bahkan dari dokumen-dokumen peninggalan Tuan Slotering sendiri, Max mengetahui bahwa dalam laporan yang dikirimkan oleh pemerintah Hindia Belanda kepada Kerjaan Belanda, Lebak dalam "kedamaian yang damai". Semua kepedihan yang dialami oleh rakyat Lebak seakan-akan ditutup-tutupi oleh pemerintah Hindia Belanda.
Max juga mengetahui bahwa Asisten Residen sebelumnya, Tuan Slotering, telah sering berhubungan dengan Residen Banten terkait hal yang terjadi di Lebak. Tuan Slotering sendiri telah merencanakan tindakan tegas kepada bupati Lebak, namun sebelum hal itu terjadi Slotering telah terlebih dahulu meninggal dunia.

***
Untuk lebih memahami apa yang dialami oleh rakyat, Multatuli kemudian menyuguhkan sebuah roman yang ia ciptakan sendiri tentang sepasang kekasih bernama Saidjah dan Adinda.
Saidjah dan Adinda tinggal di Desa Badur, distrik Parang Kujang, Keresidenan Banten. Kedua sejoli ini telah dijodohkan oleh keluarga mereka semenjak kecil. 
Keluarga Saidjah telah mengalami perampasan atas kerbau milik mereka sebanyak tiga kali oleh pemerintah, sementara kerbau tersebut diperlukan untuk membajak sawah. Singkat cerita, karena panen gagal, keluarga Saidjah tidak memiliki uang dan makanan untuk membayar pajak tanah, sehingga rumah Saidjah-pun dirobohkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Ayah Saidjah kemudian berupaya untuk mencari pekerjaan di Buitenzorg, malah ditangkap dan kemudian meninggal di penjara. Ibu Saidjah dan adik-adiknya kemudian menyusul kepergian sang ayah, meninggalkan Saidjah sebatang kara.
Tidak adanya pendapatan membuat Saidjah memiliki ide untuk bekerja ke Batavia. Dia kemudian pergi menemui kekasih-nya, Adinda, dan berjanji untuk menemui-nya kembali setelah tiga tahun. Dia akan mengumpulkan uang, kemudian membelikan uang tersebut untuk membeli dua ekor kerbau. Saidjah kemudian merantau ke Batavia, bekerja di sebuah istal kuda dalam kerinduannya yang mendalam dan penantiannya untuk bertemu Adinda kembali. 
Setelah tiga tahun dan mengumpulkan cukup banyak uang, sesuai janji-nya Saidjah pulang kembali ke kampung-nya. Dia berharap dapat bertemu kembali dengan kekasihnya, Adinda. Namun hal itu tak ditemukannya, malahan ia menemukan bahwa rumah Adinda telah berubah menjadi debu. Keluarga Adinda tidak mampu membayar pajak tanah yang seharusnya dibayarkan, hal ini membuatnya bernasib sama dengan keluarga Saidjah. 
Setengah gila, Saidjah berupaya mencari tahu keberadaan Adinda pada penduduk desa Badur. Dia mengetahui bahwa ternyata keluarga Adinda telah pergi ke Lampung. Saidjah kemudian membeli sebuah perahu dan pergi berlayar ke Lampung. Di sana dia bergabung dengan orang-orang Badur yang memberontak kepada pemerintah Hindia Belanda, hanya untuk mengetahui dimana Adinda-nya berada. Setelah sekian lama mencari, dia akhirnya menemukan bahwa Adinda keluarga-nya telah tewas dalam suatu penyerbuan yang dilakukan oleh tentara Hindia. 
Dalam keputusasaan, Saidjah kemudian pergi menghadap tentara Hindia, untuk kemudian mati terbunuh oleh bayonet seorang serdadu Hindia.

(Serdadu Hindia Belanda)

***
Max kemudian akhirnya dapat berbicara dengan Madam Slotering yang selama ini menjadi orang yang cukup tertutup pada orang lain. Madam Slotering kemudian bercerita bahwa suaminya dahulu telah berupaya untuk melakukan tindakan tegas kepada Bupati Lebak, namun hal tersebut tidak pernah diindahkan oleh Residen Banten. Suatu hari Tuan Slotering mengalami sakit perut hebat, lalu kemudian meninggal dunia. Dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa Tuan Slotering mengalami peradangan hebat pada hati-nya. Madam Slotering mengatakan bahwa sebelumnya Tuan Slotering tidak pernah menderita penyakit hati. Dugaan bahwa Tuan Slotering diracun menguak dalam pikirannya. Hal itu menyebabkan Madam Slotering tidak merasa aman bersama para pejabat Hindia Belanda. Cerita Madam Slotering kemudian diperkuat oleh keterangan Verbrugge yang akhirnya memiliki keberanian untuk bercerita secara jujur kepada Max. 
Mengetahui hal tersebut, Max segera mengambil tindakan tegas dengan mengirim surat kepada Residen Banten agar Bupati Lebak segera menerima hukuman atas tindakannya. Sama seperti pendahulu-nya, Tuan Slotering, Residen Banten enggan menanggapi permintaannya secara serius. Dia kemudian malah dipindahtugaskan ke Ngawi, mengetahui hal tersebut, Max akhirnya mengirimkan surat pengunduran diri-nya. 
Havelaar dan keluarga-nya kemudian pergi ke Batavia, di sana dia berupaya untuk menemui Gubernur Jendral Hindia Belanda untuk mengadukan persoalan yang terjadi di Lebak. Permohonan-nya untuk menemui Gubernur Jendral ditolak beberapa kali, dan hingga sang Gubernur Jendral angkat kaki dari Hindia Belanda, Max tak pernah memiliki kesempatan untuk menemui-nya.
Akhir cerita ditutup dengan amukan Multatuli terhadap pemerintah Belanda yang buta dan membiarkan ketidakadilan meraja lela di Hindia. 

***
Novel ini secara khusus ditargetkan untuk masyarakat Belanda pada kala itu. Bagi gue, Multatuli sendiri seakan-akan memaksa rakyat Belanda untuk memilih, apakah akan bersifat apatis layaknya Droogstoppel atau memilih jalan terjal keadilan yang diusung oleh Havelaar. 
Mula-nya gue agak kesulitan dalam menentukan cerita apa yang hendak disampaikan oleh Multatuli. Pada bab-bab awal dia menceritakan Droogstoppel dengan segala celoteh dan pendapatnya tentang dunia. Agak membosankan memang, apalagi bahasa terjemahan yang digunakan kadang sedikit membingungkan. Cerita mengenai penderitaan yang dialami oleh rakyat Lebak sendiri baru muncul pada bab ke-15, dari 20 bab yang dimuat dalam novel ini. Sebagian besar bab menceritakan politik kolonial secara umum pada saat itu serta pengalaman-pengalaman Max dalam 17 tahun pengabdiannya pada pemerintahan kolonial.
Gue paling menyukai bagian kisah cinta Saidjah dan Adinda, debaran jantung sangat terasa keras sekali ketika membaca kalimat per kalimat. Ada rasa penasaran yang aneh ketika membaca bagian itu, rasa penasaran yang mungkin merupakan personifikasi dari hidup gue sendiri, sebuah pertanyaan bahwa kemanakah kisah cinta ini akan berakhir? Multatuli menghadirkan puisi yang ia tulis sendiri dalam bahasa Melayu pada bagian ini. Sebuah puisi tentang penantian Saidjah terhadap Adinda-nya. Gue orang yang menyukai syair.
Mengagetkan memang bahwa kita saat itu tidak hanya dijajah oleh Belanda, namun oleh bangsa kita sendiri. Bupati-bupati yang sebagian besar merupakan bangsawan justru memperbudak rakyat yang seharusnya ia lindungi. Para bangsawan tersebut haus akan kejayaan, kewibawaan, nama yang tinggi di kalangan rakyat. Hal tersebut membuat mereka melakukan daya upaya untuk mendapatkan kekayaan, meskipun harus mengorbankan banyak orang. Memang benar tampaknya bahwa prilaku korup sendiri telah dimulai semenjak zaman kolonial dulu. Gue ngelihat prilaku-prilaku kotor seperti ini masih menjadi cancer yang menggerogoti sistem pemerintahan kita hingga saat ini. Terutama gue menyoroti Banten yang masih belum sepenuhnya terbebas dari Dinasti Ratu Atut. Gile aje, si eta kaya raya, tapi anak-anak kecil harus mempertaruhkan nyawa menyebrang sungai demi pendidikan.

(Jual ginjal juga masih belum bisa kali, beli mobil gituan)


(Anak-anak Banten)

Menarik memang untuk ditelusuri lebih jauh tentang Bupati Lebak saat itu, Raden Adipati Karta Natanegara. Gue mencari-cari perihal tentang beliau, dugaan gue tepat bahwa ada banyak pembelaan yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait beliau. Salah satu-nya mengatakan bahwa Bupati Lebak merupakan orang yang saleh dan taat dalam beragama. Tapi kadang gue juga berpikir bahwa agama juga telah menjadi label gengsi manusia, sama layaknya dengan harta. Banyak cerita tentang beberapa orang yang menaik haji-kan orang lain dengan hasil uang yang tidak halal. Kita sama-sama tahulah ya...wong dulu sering muncul di televisi. Pengetahuan tentang agama tidak akan menjadikan seorang berakhlak mulia, pemahaman terhadap agama-lah yang memunculkan akhlak mulia tersebut.
Di lain pihak pemerintah Hindia berlaku layak-nya pereman yang rakus akan harta. Mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya, tanpa memperdulikan efek yang ditimbulkan oleh kerakusan tersebut. Mereka memunguti pajak orang-orang tak berdaya, bagai seorang debt collector kejam. Belum lagi sistem tanam paksa yang diterapkan telah menciptakan banyak kesengsaraan di tengah-tengah masyarkat. Pemerintah semakin diuntungkan, sementara rakyat menjagi korban.
Pemerintah Kerajaan Belanda adalah buta dan apatis, mereka tidak peduli, yang penting bisa kaya, gue mah bodo amat sama apa yang terjadi. Rakyat Belanda saat itu seakan tergiur akan pepatah kuno: Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga. Mereka tak sadar bahwa di uang-uang mereka ada darah jutaan rakyat Hindia yang setiap malam harus menangis meratapi lumbung padi yang kosong.
Buku ini menjadi sebuah kontroversi publik di Belanda maupun di Hindia saat penerbitannya. Buku ini membangkitkan semangat kaum Liberal Belanda saat itu untuk melakukan reformasi sosial di tanah jajahan. Lahirlah kemudian politik etis yang menyumbang cukup banyak bagi pergerakan dan kesadaran nasional Bangsa Indonesia.
Gue beranggapan bahwa Douwes Dekker sendiri sampai akhir hayat-nya tetap merupakan orang yang loyal terhadap pemerintahan koloni, dia hanya mengkritik sistem tanam paksa yang menyengsarakan rakyat dan konspirasi busuk yang ada di antara pejabat-pejabat pemerintahan Hindia. Well, beberapa puluh tahun kemudian salah seorang anggota keluarga-nya menjadi pahlawan Indonesia, Ernst Douwes Dekker atau yang lebih kita kenal dengan nama Danoedirja Setiabudi.
Terakhir, buku ini cukup worth lah buat dibaca, ngehabisin waktu liburan yang akan habis dalam waktu hitungan hari :"(  Membuka wawasan kita akan sejarah bangsa dan juga memberikan pendidikan moral bagi kita semua.












Jumat, 10 Juli 2015

Satu Tahun di Kedokteran Unpad

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Tidak terasa tingkat satu sudah terlewati saja, bulan Agustus nanti sudah masuk ke tingkat dua, sudah masuk belajar EMS (Sistem Endokrin) dan NBSS (Sistem Saraf).
Udah lama gak nulis, sekarang gue mau nulis tentang apa yang udah gue udah alamin selama setahun belajar di FK Unpad.
Well, pertama kali masuk, setiap mahasiswa baru FK Unpad diwajibkan untuk masuk asrama Bale Padjadjaran. Masing-masing dari kita bakalan nge-share kamar kita dengan orang lain. Untuk yang cowo-cowo bakalan sekamar dua orang, sementara yang cewe-cewe bisa berdua atau berempat sekamar. Harga kamar asrama-nya 18 juta/tahun, mahal bok, tapi karena gue nge-share bareng temen gue, orang tua gue bayar sekitar 9 juta.
Awalnya gue bt banget, apa coba tujuannya kita harus masuk asrama, malahan mahal lagi. Ternyata setelah mengalami satu tahun di asrama,  gue ngerasain manfaat-nya. Di asrama ini gue belajar tentang solidaritas bersama teman-teman seangkatan, belum lagi ternyata asrama ini difungsikan buat kita-kita para mahasiswa belajar sistem PBL yang bakalan banyak sekali diskusi bareng teman tutor (Gue bakalan jelasin lebih jauh soal ini nanti). Di asrama ini memang di sediakan beberapa tempat diskusi.

(Bale Padjadjaran)

Di tempat ini gue sekamar dengan Adnan Rasis, eh salah maksudnya Adnan Rhafif. Mahasiswa bacot dan super berengsek, tapi gak tau kenapa gue bisa akrab sama dia. Sesama orang berengsek kayaknya memang ditakdirkan untuk akrab. Wkwkwk becanda :p Well, Adnan dari Labschool Rawamangun, anaknya cerdas cuma agak malas. Gue sama dia anaknya rada pemalas, jadi maklumlah kalau kamar jadi seperti kandang hewan. Dia pernah cerita kalau dia pernah ranking satu umum di sekolahannya dia, satu hal yang gak pernah gue capai dan cuma ada di impian gue doang. Btw gue sama Adnan masuk nominasi roommate terakrab, tapi sayangnya kalah dengan duet Sarshab-Azka.

(Bukan Homo)

Untuk FK Unpad sendiri, pembayaran semesterannya memakai sistem UKT. Uang semester berada di range 0-13 juta, didasarkan pada kemampuan dan jumlah tangungan orang tua. Gue sendiri untuk semesteran bayar sekitar 9 juta rupiah. Selain UKT dan uang asrama, ada lagi uang tambahan yang akan digunakan dalam kegiatan supercamp sebesar 3 juta rupiah. Total uang yang dikeluarkan orang tua gue sewaktu pertama masuk kurang lebih 21 juta. Buset dah -_- Makanya harus belajar baik-baik :3
Sistem pembelajaran FK Unpad mengambil sistem PBL, artinya adalah kita diajarin untuk belajar melalui penyakit yang diberikan saat tutorial. 
Contohnya gini, misalnya ada pasien ibu hamil dengan tensi sekitar 140 pada usia kehamilan 22 minggu. Pada urine-nya diketahui kadar proteinnya +1. Oleh dokter, pasien didiagnosis menderita Preeclampsia. 
Nah, setelah itu kita harus mencari tahu, kira-kira apa aja sih yang bisa kita pelajari dari kasus ini. Misalnya aja kalau gue:
1. Hipertensi pada kehamilan dan komplikasi-nya
2. Patofisiologi dan patogenesis penyakit (dalam hal ini preeclampsia)
3. Sistem sirkulasi ibu-anak selama kehamilan (Preeclampsia disebabkan oleh gagal-nya invasi trophoblast yang menyebabkan anak cenderung untuk kekurangan oksigen)
4. Management apa yang harus di berikan pada pasien
5. Dan seterusnya....
Tiap semesternya, kami akan diberikan tema yang berbeda. Semester satu dapet FBS (Fundamental Basic Science), semester dua dapet RPS (Reproduksi), semester tiga yang akan datang akan dapet NBSS dan EMS. 
Dalam satu minggu akan ada beberapa kegiatan kuliah yang akan dilakukan, ada Lab Activity, Tutorial, Lecuture, dan Skills Lab. Itu semua seperti apa sih? Nih bakalan gue jabarin atu-atu.

1. Lab Activity
Kurang lebih sama kaya nge-lab biasa pas di sekolahan. Kita diajari untuk mendalami kasus medis dengan menggunakan prosedur laboratorium. Contohnya uji kadar albumin darah, melihat sample jaringan tubuh atau parasit, melakukan tes urine dan sebagai macamnya. Di kegiatan lab act inilah kita akan bertemu dengan guru besar kedokteran sepanjang masa, CADAVER.



(Kegiatan Lab Act)

2. Tutorial
Tutorial, kalian akan banyak berkenalan secara akrab dan jatuh cinta dengan teman sejawat di sini. Jadi sebenarnya kita akan dibagi per kelompok dalam menjalani kegiatan perkuliahan di FK. Kelompok ini disebut tutor, dimana satu tutor terdiri dari 10-13 orang. Tutor ini akan menjalani Lab Act, Skills Lab, dan Tutorial bersama-sama. Hanya sewaktu kuliah umum saja kita digabung dengan teman-teman lain di luar grup tutor. Tutorial sendiri adalah tempat kita dibimbing dan diberikan kasus oleh seorang dokter. Kita akan berdiskusi mengenai kasus medis lalu mengambil kesimpulan-kesimpulan atas apa yang terjadi terhadap pasien dan mengambil Learning Issue apa yang kira-kira akan kita persentasikan di hadapan dokter. Di sinilah kita akan banyak buang-buang kertas untuk mengerjakan hand out dan flipchart persentasi. Tutorial diadakan dua kali seminggu, hari Senin dan hari Jumat. Hari Senin kita berdiskusi, lalu Jumat-nya kita persentasi.


(Ruang Tutorial)

(Hand out)

(Flipchart)

3. Skills Lab
Di sini sih sebenarnya kita lagi main dokter-dokteran hahaha. Biasanya bakalan ada pasiennya, baik itu orang beneran atau cuma manekin. Kita dilatih untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien, untuk menemukan fakta yang ada dibalik keluhan pasien, dan menemukan titik terang untuk menentukan diagnosis ceileehhh~ 
Di skills lab kita  diajarkan prosedur-prosedur medis yang biasa dilakukan oleh seorang dokter, seperti cara menyuntik, melakukan resusitasi, membantu partus (kelahiran), sirkumsisi, dan lain-lain.
Skills lab ada seminggu sekali.

(Skills lab pemeriksaan ginekologis)

4. Lecture
Lecture atau kuliah umum, ini adalah bentuk perkuliahan di FK yang juga dimiliki fakultas lainnya. Kita, sekitar 216 orang, akan dikumpulkan dalam sebuah teater kuliah besar dan mendengarkan kuliah dari seorang dokter (dosen). Kuliah umum akan berlangsung selama enam jam jadi maklum kalau gue sering tidur pas kuliah umum. Kuliah umum diadakan dua kali dalam seminggu.

(Lecture bersama dr. Trully Sitorus)

Kalau di FK mata kuliah-nya apa aja sih? Selain tema umum seperti RPS atau FBS, di FK ada beberapa kuliah yang diajarkan saat kuliah umum atau kegiatan perkuliahan lainnya. Mereka adalah tiga serangkai, PHOP, CRP, dan BHP
PHOP (Public Health Oriented Program), sesuai namanya, ilmu ini dealing dengan yang namanya kesehatan masyarakat. Di sini secara umum kita akan belajar antropologi, epidemiologi, sanitasi, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
CRP (Community Research Program) ini mata kuliah matematika-nya FK. Kita belajar statistik dan epidemiologi penyakit. Dapet probabilitas juga di mata kuliah ini. Tapi aing jarang meratiin euy matkul yang satu ini, agak ngebosenin, pas ujian malah ngerjain pakai logika ._.
BHP (Bioethics and Humanities Program) di sini kita diajarkan menjadi manusia. Bagaimana kita memandang pasien bukan sebagai objek, tapi sebagai sebuah subjek dengan kompleksitas yang dimilikinya. Kita diajarkan untuk memiliki rasa empati terhadap pasien, maupun orang lain. Kita diajarkan juga mengenai hukum yang mengatur ilmu kedokteran, mengenai apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan seorang dokter.
Untuk tema umum, yang baru diajarin ke gue baru FBS sama RPS.
FBS itu dibagi empat, FBS 1 dan 2 sebenarnya mengulang biologi SMA cuma lebih dalam. FBS 1 dan 2 itu kita belajar tentang kehidupan seluler, biokimia, dan dasar-dasar anatomi. FBS 3 dan 4 kita belajar tentang parasit, dasar-dasar farmakologi, dan pemeriksaan lab.
RPS kita belajar all about reproductive system. Kita belajar anatomi sistem reproduksi pria dan wanita, beserta fisiologi-nya. Kita belajar penyakit berkaitan sistem reproduksi seperti kemandulan dan infeksi menular seksual.Yang paling kece adalah kita belajar tentang kehamilan dan kelahiran. Bagaimana proses pembentukan manusia, dimulai dari fertilisasi sampai ketika ia dilahirkan.

Yang paling gila di FK itu ujiannya. Ada tiga macam ujian yang kita hadapi di FK Unpad. Ada yang namanya SOOCA, OSCE, dan MDE. Nih gue ceritain satu-satu, mulai dari yang paling dewa:

1. SOOCA (Student Objective Oral Case Analysis)
Ini ujian yang membuat kondisi jantungmu harus di periksakan setiap penghujung semester. Udah kaya ujan chunin tahap kedua, kita face to face langsung dengan dokter penguji. Kita akan mempersenatsikan kasus medis yang kita pelajari di tutorial di depan dokter penguji. Satu semester biasanya ada 14 kasus, kasus itu akan dikocok, lalu kaya main Russian Roulette, kita milih satu diantara kasus tersebut tanpa tahu kasus mana yang akan kita persentasikan . Artinya apa? Artinya kita harus hafal 14 kasus tersebut. Empat belas kasus itu sangatlah banyak karena kita harus memaparkan semua learning issues yang berkaitan dengan kasus. Menghafal sampau muntah bok...
2. OSCE (Objective Structured Clinical Examination)
Ini sama kaya SOOCA, bedanya kalau SOOCA untuk tutorial, maka OSCE untuk Skills Lab. Kita akan face to face dengan dokter penguji, lalu mempraktekan semua kemampuan klinis yang kita dapet selam skills lab. Bayangin kita adalah mahasiswa kedokteran dan berhadapan dengan dokter spesialis yang sangat-sangat super duper perfect hyperbola kemampuan klinis-nya.
3. MDE
Gue lupa apa kepanjanganannya. Ini nih kaya ujian biasa, ngerjain 200 soal materi kuliah. Banyak yang tidur pas ujian ini, antara dia dewa banget atau udah bodo amat wkwkwkwk :p

Kalau udah mendekati ujian, biasanya akan terjadi banyak kericuhan di asrama. Mulai dari kertas hand out hilang, lupa hafalan, gak ngerti kasus, sampai munculnya komet zosin yang didatangkan oleh Raja Api Ojai.

(Meja Gde, baca: Kericuhan menjelang SOOCA)


Gila ya ambis banget gue kayanya di kampus. Wkwkwk :D kampus gak semuanya tentang kegiatan akademik juga kok. Gue aktif di Pengabdian Masyarakat FK Unpad dan berencana aktif di SRC. Selain itu banyak juga kegiatan kampus yang kece-kece banget dan gak boleh ketinggalan untuk diikuti. Ada PoA Nostalgia, dimana kita bikin acara sebagai persembahan kepada kakak tingkat dan pendeklarasian nama angkatan, PROXIMA. Gue ikut acara teater-nya, jadi wiro sableng coba wkwkwk. Ada Olymphiart, olimpiade olahraga, seni, dan akademis FK Unpad. Gue ikut di dua cabang devile dan cerdas cermat (gaya banget). Waktu devile gue jad alm. Meggy Z gitu, hahaha konyol banget dah. Banyak dari temen gue yang merelakan jodohnya hilang dari kampus demi ikut acara devile ini.

(Devile)

(PoA)

Well diluar kegiatan kampus, kita hanyalah pemuda-pemuda biasa. Gue tetap menjalani hobi gue (baca:tidur), main game, nonton film, main baren teman-teman. Kalau ada yang punya pacar paling jalan ke Bandung bareng pacarnya. Gue sama temen sekamar gue mah mendekam aja ya di kamp konsentrasi Bale Padjadjaran 2. 

Well itulah sedikit cerita tentang apa yang udah gue alamin selama setahunan ini di FK Unpad. Masih ada empat tahun lagi untuk dijalani agar dapat menjadi seorang dokter. Masih banyak yang harus dilakukan, harus bisa tetap semangat sampai akhir! Yeay!
SELAMAT DARTANG DI TAHUN KEDUA!!!




Selasa, 02 Desember 2014

Pendidikan

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.
-Nelson Mandela-

Kutipan diatas diucapkan oleh Nelson Mandela, seorang pemimpin pembebasan dari politik Apartheid Afrika Selatan, sebuah kutipan yang akan sangat mewakili tulisanku kali ini. Pendidikan adalah senjata yang paling kuat yang bisa kita gunakan untuk mengubah dunia, kira-kira seperti itulah isi kutipan itu jika kita ingin membahasakannya ke dalam Bahasa Indonesia. Kutipan itu sangatlah tepat karena pendidikan adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Banyak dari kita yang meremehkan pentingnya pendidikan, khususnya masyarakat Indonesia. Padahal pendidikan adalah kunci terwujudnya masyarakat madani.
Pendidikan menjadi dasar bagi segala aspek kehidupan. Entah itu politik, kesehatan, agama, moral, dan lain-lain. Dalam bidang kesehatan misalnya, kita tahu bahwa sebagian besar penyebaran penyakit itu adalah akibat prilaku manusia. HIV/AIDS akibat penyalahgunaan narkoba dan hubungan seks beresiko, disentri adalah infeksi amoeba akut akibat sanitasi lingkungan yang buruk, diabetes akibat gaya hidup tidak sehat yang kita terapkan, dan banyak lagi penyakit yang berawal dari prilaku manusia. Dengan adanya pendidikan, kita bisa mencegah terjadinya penyebaran penyakit-penyakit tersebut. Pendidikan memiliki kekuatan untuk mengubah prilaku. Anak yang terdidik bahwa dengan memakai sendal saat berada di luar akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menghindari infestasi dari cacing tambang ketimbang anak yang tidak memiliki pengetahuan akan hal itu
Pendidikan menjadi dasar dalam pembentukan moral. Hal ini sangat penting sekali untuk kita perhatikan karena moral-lah yang akan menentukan nasib sebuah masyarakat. Pendidikan moral yang baik akan membantu manusia menemukan posisi-nya dalam struktur sosial masyarakat, mencegah terjadinya konflik, dan menimbulkan rasa damai antar sesama manusia. Moral adalah kunci untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Pendidikan yang diajarkan secara benar akan melahirkan pemimpin-pemimpin besar, bukan para koruptor.
Sayangnya, aku menganggap kita tidak memperlakukan pendidikan secara benar. Masalah utama pendidikan di Indonesia adalah tingginya angka putus sekolah, ini adalah masalah utama yang harus kita hadapi. Pendidikan memang tidak harus di sekolah, tapi sekolah itu penting untuk menjadi terjangkau bagi semua golongan. Kita harus membentuk sebuah masyarakat yang sadar untuk sekolah, sadar akan pentingnya pendidikan. Lalu yang kedua, saya merasa ada yang salah dengan sistem pendidikan dan pola pikir kita. Kita diajarkan bukan untuk mencintai ilmu, tapi untuk menganggapnya sebagai pekerjaan berat yang membosankan. Sistem pendidikan kita membentuk pekerja, bukan pemimpin. Ilmu itu sagatlah luas, Tuhan menciptakan ilmu sebagai senjata utama kita untuk menjadi khilafah di muka bumi. Dengan mempersenjatai diri kita dengan ilmu itu artinya kita siap untuk menaklukan dunia, siap untuk mengubah dunia. 

Rabu, 08 Oktober 2014

Spiritualisme

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Belakangan ini aku banyak menghabiskan waktu sendirian. Memikirkan berbagai hal, mulai dari rumput yang kuinjak sampai langit yang memayungi kita. Banyak pertanyaan berputar-putar di kepalaku dan seringkali membuatku pusing sendiri. Sebagian mungkin pertanyaan yang penting, sebagaian lagi pertanyaan yang mungkin maknanya hanya aku yang mengerti. Sulit sebenarnya menjadi orang yang banyak bertanya sepertiku, aku sendiri sering marasa tersiksa dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh kepalaku. Kepalaku itu bertanya dan aku tak bisa menghentikannya, apalagi menjawabnya. Pertanyaanku sering sekali menyerempet ke permasalahan yang seharusnya tidak boleh, bagi sebagian masyarakat kita, untuk dipertanyakan. Pertanyaan itu tabu untuk dipertanyakan.


Segala pertanyaan itu akhirnya akan berujung pada penyakit yang sering sekali menyerangku, galau. Belakangan ini aku diserang oleh keraguan-keraguan itu lagi, sebuah pertanyaan tentang identitas spiritual-ku. Aku seorang muslim secara ritual dan tradisi, tapi imanku adalah iman seorang rasionalis. Aku merasa Tuhan sangat jauh dariku, aku melakukan semua ibadah yang dianjurkan, tapi aku tidak pernah berhenti untuk bertanya, Apakah Tuhan mendengar? Kapankah hidayah itu datang? Apakah Tuhan itu benar-benar di sana dan memperhatikanku? Kenapa ada ketidakadilan di dunia ini? Kenapa harus ada neraka untuk menghukum? Kenapa hanya orang Islam yang bisa masuk surga, bukankah Tuhan itu Al Adl, Ar Rahman, dan Ar Rahim? Apa yang salah tentang konsepku mengenai Allah dan Islam?


Aku sangat tidak menyukai fanatisme beragama dan orang-orang yang menganggap dirinya lebih benar ketimbang orang lain yang beragama berbeda. Apakah fanatisme itu benar? Apakah sebagai seorang muslim aku memang harus bersikap seperti itu? Yaa Allah, hamba benar-benar bingung, berilah hamba petunjukmu dan pelajaran darimu....
Aku hanya seorang bocah di pantai yang sangat luas, mengagumi sekiping kerang dengan mata yang berbinar-binar, sementara lautan kebenaran yang begitu luas membentang dibelakangku. Aku adalah Ibrahim yang sedang mencari-Mu.
Aku harus keluar dari krisis spiritual ini, krisis jati diri yang entah kapan akan berakhir. Aku ingin belajar agama, tapi aku tidak tahu harus berguru pada siapa karena aku juga takut jika ia membawaku pada gerbang kesesatan. Aku akan mulai mencari identitas spiritualku dari studi literatur, dari bergam buku, sampai sekarang aku percaya bahwa dengan banyak membaca itu akan membangun pemahaman yang mendalam terhadap suatu konsep yang ingin aku ketahui. 
Bismillah...





Selasa, 23 September 2014

Idealisme

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sudah lama sepertinya ya aku tidak mengunjungi blog ini. Bukan karena apa-apa sih, tapi memang kesempatanku untuk menulis belakangan ini agak terbatas. Kalaupun aku ada waktu untuk menulis, paling-paling aku hanya bisa menulis puisi, ya kesibukan kuliah FK (cie cie) memang cukup menyita waktuku.
Kali ini aku ingin sedikit curhat tentang apa yang aku alami selama dua bulan pertama berada di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pertama sekali, kuliahnya sangatlah menyenangkan. Bayangkan sekarang aku sedang mendapat mata kuliah biokimia yang notabene mempelajari biomolekuler, sebuah mata pelajaran yang selama ini aku cari-cari. Aku rela tidak tidur, hanya untuk mengulak-ulik ebook Harper's Biochemistry. Kedua, pertemanan yang aku bangun juga sangat apik. Selain anak-anaknya yang seru-seru, mereka juga rata-rata se-passion denganku, aku selalu punya teman untuk begadang. Yeay! Hahahaha :D
Aku juga menghadapi berbagai mata kuliah yang sangat menyenangkan, ada yang namanya Skill's Lab dimana aku bertindak seolah-olah menjadi seorang dokter dan bertindak untuk menangani pasien. Aku sudah bisa melakukan anamnesis, general survey, dan yang paling seru adalah aku sudah bisa menggunakan Sphygmomanometer. Ayo apa itu Sphygmomanometer? Iya itu adalah alat tensi, aku bisa mendengar suara desir aliran darah (sistol/diastol) ketika sedang ditensi dengan menggunakan stetoskop. Sebuah ilmu yang tentunya akan sangat berguna bagiku dan orang lain di masa depan.
Namun, di sisi lain aku merasakan adanya perubahan terhadap diriku. Selama ini aku telah lama bertarung untuk bisa duduk menjadi salah satu mahasiswa kedokteran dan aku pikir beristirahat beberapa waktu setelah mendapatkannya tidaklah salah. Aku berada di zona yang sangat nyaman sekarang dan aku harus keluar. Aku bukanlah orang yang terbiasa hidup pada zona nyaman, aku adalah seorang pemimpi sekaligus petualang, zona nyaman ini adalah kematian buatku.
Pergaulanku juga sepertinya bukanlah pergaulan yang sopan. Aku sering berlebihan dalam bercanda menurutku belakangan ini. Sering sekali mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak aku ucapkan, padahal aku sadar itu tidaklah baik. Aku harus mengubah hal itu :"( tapi aku merasa sangat kesulitan untuk melakukannya.
Aku menyadari bahwa sebagian besar temanku ingin menjadi dokter bukanlah karena ilmu-nya, tapi karena materi. Aku takut hal itu membuatku mengubah cita-cita besarku, aku sudah pergi sejauh ini dan aku tidak ingin berubah. Aku harus tetap menjadi orang yang idealis, sepahit apapun keadaan yang menimpaku. Untuk menjadi seperti Ibnu Sina, Feynman, Jonas Salk, dan mereka semuanya memang tidaklah mudah, tapi aku berusaha.
Yang paling parah adalah aku merasa sangat jauh dari Tuhan. Padahal aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan berusaha menemukannya. Menemukan Tuhan adalah bagian dari penemuan jati diri yang sangat penting bagi perkembangan spiritualku.
Satu pertarungan telah aku lalui, kini aku harus menghadapi pertarungan lainnya, tidak dengan orang lain, tapi dengan diriku sendiri. Semoga Tuhan selalu bersamaku :)

Rabu, 06 Agustus 2014

Apa itu Seleksi Alam?

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Hmmm...kalau seandainya kita berbicara tentang evolusi, maka kita tidak akan pernah bisa memisahkannya dengan seleksi alam. Apa itu Seleksi Alam? Biarkan aku bercerita sedikit tentang seleksi alam.
Well, penjelasan mengenai seleksi alam-lah yang menghantarkan sukses bagi Darwin dalam teori evolusi-nya. Di tulisan sebelumnya yang berjudul Charles Darwin: Sebuah Revolusi Ilmiah aku sudah bercerita bahwa sebelum Darwin sudah banyak ilmuan yang mengajukan teori Evolusi, namun penjelasan mereka belum bisa diterima secara universal di kalangan ilmuan. Baru Darwin-lah yang sukses membuat evolusi, sebagai hal yang menjelaskan terbentuknya spesies, diterima sebagai sebuah fakta ilmiah.
Kita mulai dengan hal yang sangat dasar mengenai evolusi sebelum kita menjelaskan seleksi alam.  Pertama, tidak ada dua individu yang sama di dunia ini. Itu adalah ungkapan umum yang menunjukkan variasi genetik. Tidak ada individu yang sama secara persis baik secara fenotipe (penampakan luar) maupun genotipe (gen). Kembar saja pasti memiliki perbedaan, iya kan? Nah, perbedaan ini akan menimbulkan kemampuan yang berbeda pula dalam bertahan hidup.


Kunci kedua dalam memahami seleksi alam adalah apa yang kita sebut dengan mutasi. Mutasi adalah perubahan materi genetik pada mahluk hidup. Mutasi bisa tampak, bisa tidak tampak. Mutasi tampak yang berdampak langsung pada perubahan fenotipe merupakan sasaran langsung dari seleksi alam. Mutasi bisa bersifat menguntungkan atau malah merugikan bergantung pada apa yang paling berkesesuaian dengan alam saat itu.


Aku akan memeparkan sebuah contoh tentang akibat yang bisa ditimbulkan oleh mutasi dan kaitannya dengan seleksi alam. Kau tahu penyakit sickle cell-kan? Atau yang lebih kita kenal dengan anemia sel sabit. Sel sabit ini pada mulanya berkembang di daerah Afrika. Mutasi sel sabit awalnya dimaksudkan untuk melawan infeksi malaria, orang-orang dengan gen sickle cell heterozigotik menjadi resisten terhadap malaria. Sementara itu orang-orang dengan gen sickle cell homozigotik malah terkena anemia parah karena sel eritrositnya cacat. Migrasi populasi manusia membawa gen ini keluar Afrika, menuju ke daerah-daerah yang bebas malaria, Amerika Serikat contohnya. 



Sekarang kita kembali ke topik utama yang akan kita bahas dalam posting ini. Apa itu seleksi alam? Seleksi alam merupakan fenomena dimana alam melakukan penyisihan/seleksi terhadap organisme-organisme yang paling sesuai untuk hidup. Organisme yang paling cocok untuk hidup, ingat bukan yang paling kuat, maka dia yang akan bertahan. Evolusi akibat seleksi alam merupakan campuran antara kebetulan dan pemilahan, kebetulan dalam pemunculan variasi genetik baru (awalnya karena mutasi) dan pemilahan ketika seleksi alam lebih menguntungkan beberapa gen daripada gen-gen yang lain. Menurut Herbert Spencer, seleksi alam tak lain hanyalah "Kelsetarian bagi yang paling sesuai (survival of the fittest).". Fenotipe organisme merupakan hal yang diseleksi dalam seleksi alam. Proses seleksi punya tujuan yang cukup jelas, pencarian fenotipe "terbaik" atau "paling sesuai". Agar dapat lestari, suatu individu harus berhasil mengatasi segala kondisi kehidupan.
Contoh yang paling nyata adalah masalah penggunaan pestisida. Pestisida diciptakan untuk membunuh hama tanaman (ya iyalah masa ya iya iya dong). Nah, pada awalnya pestisida itu sangat ampuh untuk membunuh hampir sebagian populasi hama, mungkin angka kematian hama mencapai 90%. Namun terjadi seleksi di kemudian hari, dimana hama yang bertahan mulai mengembangkan kemampuan untuk meretensi/melawan pestisida. Hama yang nonresisten terhadap pestisida akan punah, sementara hama yang resisten akan bertahan dan kemudian berkembang biak. Hal ini tentunya akan semakin menyulitkan karena pada ujung-ujungnya hama itu akan kebal terhadap pestisida. (Ini juga terjadi loh antara antibiotik dan bakteri, hati-hati dalam pemakaian antibiotik makanya!)


Puncak dari seleksi alam adalah pemebentukan spesies baru atau istilah biologisnya spesiasi. Pada titik ini bisa dikatakan bahwa telah terjadi evolusi terhadap sebuah organisme.