Sabtu, 08 Agustus 2015

Internal Medicine

بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"No greater opportunity, responsibility, or obligation can fall to the lot of human being than to became a physician. In the care of the suffering, (the physician) needs technical skill, scientific knowledge, and human understanding...Tact, sympathy, and understanding are expected of the physician, for the patient is more collection of symptoms, signs, disordered functions, damaged organs, and disturbed emotions. (The patient) is human, fearful, and hopeful, seeking relief, help, and reassurance." 
-Harrison's Principles of Internal Medicine, 1950-

Udah pernah nonton House MD? Sebuah drama Amerika Serikat yang mengisahkan seorang pakar infeksi bernama Gregory House bersama dengan tim yang ia pimpin dalam menyelesaikan kasus-kasus medis yang sulit.
Atau mungkin mengenal Fujiyoshi-sensei di manga Jepang, Team Medical Dragon?

(Fujiyoshi & Gregory House)

Well, well, well
Kali ini gue bakal cerita tentang salah satu spesialisasi kedokteran yang gue minati. Spesialisasi itu bernama Ilmu Penyakit Dalam atau lebih tenar dikalangan medis sebagai Ilmu Paling Dalam *Ba Dum Tis*
Kedua tokoh yang gue ceritain di atas tadi, mereka adalah ahli penyakit dalam. Ketertarikan gue pada spesialisasi ini dimulai dari keinginan gue untuk memperdalam penyakit infeksi (terutama virologi) dan disuburkan oleh kedua tokoh tersebut. Semakin gue mempelajari dan akhirnya semakin teratrik, In Shaa Allah gue bakalan ambil spesialisasi ini :)


Seorang Internist atau dokter penyakit dalam, bekerja layak-nya seorang detektif. Internist akan berupaya mencari tahu apa sih kira-kira penyakit yang dialami seorang pasien. Pasien biasanya datang dengan keluhan yang kurang spesifik, seorang Internist akan melakukan berbagai pemeriksaan dan menentukan diagnosis yang tepat guna menyembuhkan pasien. Internist itu melacak penyakit bagai seorang detektif mencari seorang kriminal. Menentukan diagnosis yang tepat telah menjadi sebuah keharusan bagi seorang Internist, kesalahan dalam diagnosis dapat menjadi hal yang fatal.
Ilmu Penyakit Dalam sendiri secara pengertian merupakan spesialisasi medis yang dealing dengan pencegahan, diagnosis, dan penyembuhan penyakit orang dewasa. Gue dan teman gue lebih sering menyebut seorang dokter yang bekerja di bidang ini sebagai seorang dokter umum yang di-upgrade. 
Bekerja menjadi seorang Internist akan sangat menantang kalau dijalani dengan sungguh-sungguh, seperti memecahkan sebuah puzzle teka-teki yang sulit, membutuhkan konsentrasi, kepekaan, imajinasi, dan mungkin juga wahyu!
Dari segi sejarah, Internal Medicine sendiri pertama kali berkembang di Jerman lalu dibawa ke Amerika Serikat pada awal abad ke-20. Di Indonesia sendiri, kemungkinan besar, FKUI merupakan fakultas kedokteran pertama yang membuka departemen penyakit dalam. Departemen Penyakit Dalam FKUI dibuka pada tahun 1950, setahun setelah secara resmi Indonesia dapat dikatakan merdeka dari Belanda. 
FK Unpad sendiri membuka departemen penyakit dalam-nya pada tahun 1960, dikepalai oleh Prof. R.M. Suardi Surjohusodo, dr., SpPD. Saat ini Departemen Penyakit Dalam FK Unpad RSHS dikepalai oleh Primal Sudjana, dr.,SpPD-KPTI.,M.H.Kes. Dokter Primal sendiri adalah seorang ahli infeksi :3 Banyak mendengar tentang beliau dari dokter-dokter yang pernah mengajar. Semoga saja dapat diberi kesempatan mengobrol dan belajar darinya, AMIN!


Himpunan ahli penyakit dalam di Indonesia berdiri pada 16 November 1957 dengan nama Perkumpulan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Namun, kongres pertama PAPDI baru dapat terlaksana pada 22 September 1971. Anjir lama juga ya -_-


Untuk menjadi seorang Internist, seorang dokter harus menjalani pendidikan spesialis penyakit dalam selama 8 semester atau kira-kira 4 tahun dengan bobot sebanyak 84 SKS. Pendidikan spesialis penyakit dalam dapat diambil diberbagai universitas di Indonesia.

(Departemen Penyakit Dalam FK Unpad RSHS)

Well, pertama-tama yang gue harus lakukan adalah tetap fokus untuk menyelesaikan kuliah gue yang sekarang dulu karena impian gue itu masih jauh. Gue masih setia dengan impian-impian SMA gue, walau masih terdengar mustahil, tapi setidak-nya gue udah ngambil langkah-langkah untuk menuju ke arah sana. 

Berat, tapi gue belajar untuk menjadi kuat. 
Benzi chibna looble bazebni gweb, Nothing is impossible if you believe :)
Tengku Muhammad, your future Virologist and Internist