بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Belakangan ini aku banyak menghabiskan waktu sendirian. Memikirkan berbagai hal, mulai dari rumput yang kuinjak sampai langit yang memayungi kita. Banyak pertanyaan berputar-putar di kepalaku dan seringkali membuatku pusing sendiri. Sebagian mungkin pertanyaan yang penting, sebagaian lagi pertanyaan yang mungkin maknanya hanya aku yang mengerti. Sulit sebenarnya menjadi orang yang banyak bertanya sepertiku, aku sendiri sering marasa tersiksa dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh kepalaku. Kepalaku itu bertanya dan aku tak bisa menghentikannya, apalagi menjawabnya. Pertanyaanku sering sekali menyerempet ke permasalahan yang seharusnya tidak boleh, bagi sebagian masyarakat kita, untuk dipertanyakan. Pertanyaan itu tabu untuk dipertanyakan.
Segala pertanyaan itu akhirnya akan berujung pada penyakit yang sering sekali menyerangku, galau. Belakangan ini aku diserang oleh keraguan-keraguan itu lagi, sebuah pertanyaan tentang identitas spiritual-ku. Aku seorang muslim secara ritual dan tradisi, tapi imanku adalah iman seorang rasionalis. Aku merasa Tuhan sangat jauh dariku, aku melakukan semua ibadah yang dianjurkan, tapi aku tidak pernah berhenti untuk bertanya, Apakah Tuhan mendengar? Kapankah hidayah itu datang? Apakah Tuhan itu benar-benar di sana dan memperhatikanku? Kenapa ada ketidakadilan di dunia ini? Kenapa harus ada neraka untuk menghukum? Kenapa hanya orang Islam yang bisa masuk surga, bukankah Tuhan itu Al Adl, Ar Rahman, dan Ar Rahim? Apa yang salah tentang konsepku mengenai Allah dan Islam?
Aku sangat tidak menyukai fanatisme beragama dan orang-orang yang menganggap dirinya lebih benar ketimbang orang lain yang beragama berbeda. Apakah fanatisme itu benar? Apakah sebagai seorang muslim aku memang harus bersikap seperti itu? Yaa Allah, hamba benar-benar bingung, berilah hamba petunjukmu dan pelajaran darimu....
Aku hanya seorang bocah di pantai yang sangat luas, mengagumi sekiping kerang dengan mata yang berbinar-binar, sementara lautan kebenaran yang begitu luas membentang dibelakangku. Aku adalah Ibrahim yang sedang mencari-Mu.
Aku harus keluar dari krisis spiritual ini, krisis jati diri yang entah kapan akan berakhir. Aku ingin belajar agama, tapi aku tidak tahu harus berguru pada siapa karena aku juga takut jika ia membawaku pada gerbang kesesatan. Aku akan mulai mencari identitas spiritualku dari studi literatur, dari bergam buku, sampai sekarang aku percaya bahwa dengan banyak membaca itu akan membangun pemahaman yang mendalam terhadap suatu konsep yang ingin aku ketahui.
Bismillah...